Jakarta, IDN Times - Kelompok Taliban mengultimatum Amerika Serikat untuk tidak lagi cawe-cawe dalam pemerintahan rezim baru di Afghanistan. Hal itu disampaikan dalam pertemuan tatap muka antara delegasi Taliban dengan AS yang digelar pada Sabtu (9/10/2021), di Doha, Qatar.
Ini menjadi pertemuan kali pertama untuk kedua belah pihak, usai AS resmi menarik semua pasukan militernya yang sudah bertugas di sana selama 20 tahun.
Peringatan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri sementara Afghanistan, Mullah Amir Khan Muttaqi, ketika berbincang dengan delegasi AS. Muttaqi mengingatkan AS di tengah kekuasaan Taliban mulai digoyah oleh kelompok militan ISIS di Provinsi Korasan atau kerap disebut ISKP.
Stasiun berita Al Jazeera melaporkan, ISKP mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri yang meledak di Masjid Islam Syiah pada 8 Oktober 2021 lalu. Akibat aksi keji itu, 62 orang tewas.
"Kami jelas menyampaikan kepada mereka agar tidak berusaha untuk menggoyahkan pemerintahan yang saat ini tengah berkuasa di Afghanistan. Hal itu tidak akan menguntungkan siapa pun," ujar Muttaqi seperti dikutip dari laman France 24.
Menurutnya, alih-alih melemahkan pemerintahan yang coba dibentuk oleh Taliban, Muttaqi mendorong agar AS menjalin hubungan baik dengan rezim yang kini berkuasa. Meski hingga kini, AS belum bersedia mengakui pemerintahan di Afghanistan yang dibentuk oleh Taliban.
Di sisi lain, Taliban kini tengah mencari dukungan dari dunia internasional. Mereka juga sangat membutuhkan bantuan keuangan untuk menghindari krisis kemanusiaan di Afghanistan berlarut dan keluar dari kesulitan ekonomi.
Lalu, adakah permintaan lainnya dari Taliban kepada pemerintahan AS yang kini dipimpin oleh Joe Biden?