Sebagian besar warga Afghanistan memilih kabur dari negaranya setelah kelompok Taliban telah menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan. (Twitter.com/Anthony41806183)
Dilansir dari NPR, seorang warga di Kota Lashkar Gah, Provinsi Helmand yang bernama Bilal Ahmad, mengaku sedih mengetahui aturan baru itu. Dia merasa kebebasan hidupnya kini telah direnggut oleh rezim baru tersebut.
"Ini adalah kota dan semua orang mengikuti cara hidup, jadi mereka harus dibiarkan sendiri untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan," kata Bilal.
Pada tahun 2001, di mana rezim Taliban berhasil digulingkan, pencukuran jenggot atau jenggot yang dicukur rapi menjadi populer di Afghanistan.
Mengingat sejarah itu, pemilik pangkas rambut Jalaluddin berharap Taliban akan mempertimbangkan kembali tuntutan mereka.
"Saya meminta saudara-saudara Taliban kami untuk memberikan kebebasan kepada orang-orang untuk hidup seperti yang mereka inginkan, jika mereka ingin memangkas janggut atau rambut mereka," kata dia.
Jalaluddin meminta Taliban memberikan kebebasan kepada masyarakat, sehingga pada akhirnya tukang pangkas rambut juga bebas menjalankan bisnisnya.
"Sekarang kami memiliki beberapa klien yang datang kepada kami, mereka takut, mereka tidak ingin memotong rambut atau janggut mereka. Jadi saya meminta mereka membiarkan orang bebas, jadi kami memiliki bisnis kami dan orang-orang dapat dengan bebas datang kepada kami," ucap dia.
Lebih lanjut, pemilik pangkas rambut lainnya, Sher Afzal, mengatakan larangan cukur jenggot ini berdampak besar pada bisnisnya.
"Jika seseorang datang untuk potong rambut, mereka akan kembali kepada kami setelah 40 hingga 45 hari, sehingga mempengaruhi bisnis kami seperti bisnis lainnya," tutur Afzal.