Tanpa Dukungan Internasional, KTT ASEAN untuk Myanmar Akan Sia-sia

Jakarta, IDN Times - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar khawatir ASEAN Leaders Summit (ALM) akan sia-sia. Apabila, komunitas internasional tidak memberi tanggapan kolektif terhadap krisis politik yang terjadi di negara tersebut.
Dilansir Reuters, bukan hanya korban nyawa yang bertambah akibat kekerasan berlarut. Krisis pascakudeta juga berpotensi melumpuhkan administrasi pemerintahan yang berujung terhentinya fungsi negara.
“Administrasi negara dapat terhenti karena gerakan pro-demokrasi terus berlanjut, meskipun terus (dilawan dengan) kekuatan mematikan, penangkapan sewenang-wenang, dan penyiksaan sebagai bagian dari penindasan militer,” kata Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, menurut penuturan sejumlah diplomat, ketika memberi pengarahan kepada 15 anggota Dewan Keamanan dari Thailand pada Jumat (30/4/2021).
1. Kekerasan akan terus berlanjut tanpa dukungan kolektif komunitas internasional
Kepada para diplomat, Christine yang aktif melakukan shuttle diplomacy di kawasan Asia Tenggara mengungkap, tindakan represif aparat berisiko merusak momentum untuk mengakhiri krisis sebagaimana konsensus hasil ALM.
ALM pada Sabtu (24/4/2021) yang dihelat di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Indonesia, menghasilkan konsensus lima poin. Para pemimpin Asia Tenggara, termasuk Jenderal Min Aung Hlaing selaku dalang kudeta yang saat ini menjadi pemimpin de facto Myanmar, mendesak agar aparat segera menyudahi kekerasan serta membebaskan para tahanan politik.
Christine mewanti-wanti dampak jangka panjang dari krisis yang berlarut. Kekhawatiran itu semakin relevan usai dia memperoleh laporan, sejumlah warga sipil dilatih menggunakan senjata oleh kelompok pemberontak.
"Dengan tidak adanya tanggapan internasional, telah terjadi peningkatan kekerasan dan penggunaan alat peledak. Seruan untuk menahan diri secara maksimal oleh semua pihak telah ditanggapi dengan tanggapan dari beberapa pengunjuk rasa. Mereka bertanya siapa yang dapat disalahkan atas pembelaan diri?" tutur Christine.