Unjuk kekuatan militer Iran yang dilakukan dengan menggelar latihan perang, melibatkan berbagai sistem alutsista. Disebutkan, unit kendaraan tempur lapis baja, artileri, pesawat nirawak dan helikopter turut serta dalam acara tersebut.
Dilansir dari Al Jazeera, bulan lalu Azerbaijan telah menggelar latihan militer bersama Pakistan dan Turki. Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, tak lama kemudian mengirimkan peralatan militernya di dekat perbatasan. Pada hari Jumat, Iran lantas memulai latihan militernya.
Ada dua keprihatinan mendasar yang membuat Iran menggelar latihan militer. Pertama, Baku telah menjalin "kemesraan" dengan Tel Aviv, padahal Israel adalah musuh bebuyutan Iran.
Sehari sebelum latihan militer digelar, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan bahwa negaranya "tidak mentolerir kehadiran dan kegiatan rezim Zionis terhadap keamanan nasionalnya."
Azerbaijan telah membeli alutsista Israel dalam jumlah besar untuk memperkuat militernya. Menurut SIPRI, ekspor senjata Israel ke Azerbaijan dari 2011-2020 mencapai 5 miliar dolar atau Rp71,3 triliun.
Pada tahun 2016-2020, nilai ekspor senjata Israel ke Azerbaijan mengambil porsi 17 persen dari total, sehingga musuh Armenia itu adalah pasar senjata yang menggiurkan bagi Tel Aviv.
Kedua, Kioumars Heydari, komandan pasukan darat tentara Iran merasa prihatin karena keberadaan para pejuang ISIS-ISIL yang didatangkan ke Nagorno-Karabakh dalam perang Azerbaijan-Armenia selama 44 hari.
"Republik Islam Iran tidak pernah memulai invasi apa pun. Tetapi ketika ada perang antara Armenia dan Azerbaijan, sejumlah besar teroris ISIS dipanggil ke daerah itu," katanya. Dia curiga para pejuang itu masih berada di sana dan berharap meninggalkan daerah tersebut.