Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi tentara (pixabay.com/nambasi)

Jakarta, IDN Times - Militer Sudan menangguhkan partisipasinya dalam negosiasi perpanjangan gencatan senjata dengan pasukan paramiliter Rapid Support Force (RSF) di Jeddah. Keputusan pada Rabu (31/5/2023) itu dikhawatirkan membuat perang semakin berkecamuk. 

Sebelumnya, militer Sudan dan RSF menyepakati gencatan senjata pertama usai pembicaraan di Jeddah pada awal Mei. Akan tetapi, suara tembakan kadang kala masih terdengar di beberapa kota dan kedua pihak saling tuding jadi pemicunya. 

Terlepas pelanggaran itu, kedua pihak kembali sepakati gencatan senjata kedua selama lima hari dan berakhir pada Senin (29/5/2023).  

1. RSF tuduh militer Sudan tunda negosiasi demi melakukan serangan

Ilustrasi tentara (Pixabay.com/Defence-Imagery)

Melansir Al Jazeera, militer Sudan pun menyalahkan RSF atas penangguhan itu. Pasalnya, paramiliter itu dinilai kurang berkomitmen mematuhi gencatan senjata dan sering melakukan pelanggaran.

“Komando Umum Angkatan Bersenjata telah memutuskan untuk menangguhkan pembicaraan saat ini di Jeddah karena kurangnya komitmen milisi pemberontak untuk mengimplementasikan salah satu ketentuan perjanjian dan pelanggaran terus-menerus terhadap gencatan senjata,” demikian pernyataan yang diposting di Situs web Kantor Berita Sudan, dikutip dari Al Jazeera.

Juru bicara militer Sudan, Brigadir Nabil Abdalla mengatakan, keputusan itu adalah tanggapan atas dugaan pelanggaran berulang oleh RSF. 

Sementara itu, RSF menuding tentara Sudan sengaja menghentikan negosiasi agar bisa menyerang kelompok paramiliter itu melalui serangan udara dan artileri berat.

2. Uni Afrika dukung AS dan Arab Saudi agar gencatan senjata berlanjut

Editorial Team

Tonton lebih seru di