Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret kondisi di Laut China Selatan (pixabay.com/user1488365914)
potret kondisi di Laut China Selatan (pixabay.com/user1488365914)

Jakarta, IDN Times – Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Filipina memerintahkan militer untuk memperkuat kehadirannya di Laut China Selatan, pada Kamis (22/12/2022). Seruan itu muncul usai China terpantau memiliki aktivitas di kawasan yang disengketakan itu.

Kemenhan tidak merinci aktivitas apa itu. Namun pada Rabu (21/12/2022), ada laporan bahwa China sedang melakukan pembangunan di Kepulauan Spartly. Beijing pun telah membantah laporan tersebut. 

“Berita dari Bloomberg murni dibuat-buat,” kata Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengacu pada laporan media, dilansir Anadolu Agency.

1. Mengancam kedaulatan Filipina

Bendera Filipina. (Pexels.com/Krisia)

Perlu diketahui, Kepulauan Spartly masuk ke dalam kawasan Zona Ekonomi Ekslusif Filipina, mengacu pada ketetapan Hukum Laut (UNCLOS) 1982.

Kemenhan Filipina menyampaikan, reklamasi yang dilakukan China di Laut China Selatan berada di kawasan 200 mil ZEE-nya dan mengancam kedaulatan negaranya.

“Reklamasi pada fitur-fitur dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil Filipina merupakan ancaman terhadap keamanan Pulau Pagasa, yang merupakan bagian dari wilayah kedaulatan Filipina," ungkap Kementerian, dilansir Reuters.

Pulau Pagasa atau Thitu sendiri merupakan pulau terbesar kedua yang ada di Kepulauan Spartly. Pulau itu dikelola oleh Filipina. Manila telah mendesak China untuk bersikap kooperatif.

"Kami sangat mendesak China untuk menegakkan tatanan internasional berbasis aturan yang berlaku dan menahan diri dari tindakan yang akan memperburuk ketegangan," tambahnya.

2. Kedutaan China sebut akan patuhi konsensus

Ilustrasi bendera China (unsplash.com/Ezreal Zhang)

Kedutaan Besar China di Manila menegaskan kembali bahwa China akan mematuhi konsensus yang dicapai di antara penggugat, termasuk tidak melakukan pengembangan di Kepulauan Spartly. Sekalipun di sana tidak ada penghuninya. 

Ketika dimintai tanggapan, Kedutaan Besar China mengatakan, kedua negara akan menangani masalah maritim dengan baik melalui konsultasi yang bersahabat.

3. Tumpang tindih klaim di Laut China Selatan

Kapal Coast Guard China-5202 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia, utara Pulau Natuna. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

China telah mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan. Namun di sisi lain, negara-negara Asia Tenggara seperti Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim wilayah itu bagian dari kedaulatannya.

Pagasa adalah yang paling penting secara strategis dari sembilan pulau yang ditempati Filipina di Kepulauan Spratly. Letaknya dekat dengan Subi Reef, salah satu dari tujuh pulau buatan yang dibangun China di atas terumbu karang. Beberapa rudal permukaan-ke-udara, hanggar pesawat, dan landasan pacu ditempatkan di pulau itu.

Komando Barat militer Filipina mengaku telah mengamati melalui patroli angkatan laut dan udara reguler. Mereka pun mendapati kehadiran secara terus-menerus pasukan China di dekat pulau Thitu dan di sekitar Lankiam Cay, Whitsun Reef dan Sandy Cay.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team