Dilansir dari laman resmi Kantor Perdana Menteri Jepang, Para pemimpin mengutuk agresi Rusia ke Ukraina dan menegaskan kembali dukungan dan solidaritas yang tak tergoyahkan pada kemerdekaan, kedaulatan, serta integritas teritorial Ukraina sesuai batas-batas yang diakui secara internasional.
Mereka juga menyoroti kerja sama militer Moskow dan China yang semakin berkembang, termasuk melalui kerja sama pada operasi dan latihan militer bersama di sekitar Jepang.
Stoltenberg juga memperingatkan bahwa Beijing mengawasi dengan cermat dan mempelajari pelajaran yang dapat memengaruhi keputusannya di masa depan.
NATO dan Jepang juga menentang setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan atau paksaan, yang tidak dapat diterima dimanapun di dunia.
Mereka menyatakan keprihatinan serius atas ketegasan China di perairan, baik di Laut China Timur maupun di Laut China Selatan. Ini berkenaan dengan laporan militerisasi, paksaan, dan intimidasi Beijing terkait dengan Taiwan.
Kedua pemimpin menyerukan resolusi damai masalah lintas selat dan menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, sebagai elemen yang sangat diperlukan dalam keamanan dan kemakmuran masyarakat internasional.
Mereka juga mengutuk keras provokasi militer Korea Utara, hingga pembangunan berkelanjutan terkait senjata nuklir dan rudal balistiknya. Serta, mendesak Pyongyang agar mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB soal denuklirisasi di Semenanjung Korea.