Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang pekerja memakai masker pelindung dan pelindung wajah saat tur media yang diselenggarakan pemerintah di Rumah Sakit Tongji menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, China, Kamis (3/9/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Jakarta, IDN Times – China melaporkan hampir 3.400 kasus COVID-19 harian pada Minggu (14/3/2022). Angka ini naik dua kali lipat dari hari sebelumnya. Alhasil, penguncian (lockdown) diberlakukan pada sejumlah titik, di tengah penyebaran wabah terburuk yang dihadapi negara itu dalam dua tahun.

Dikutip dari The Guardian, saat ini setidaknya ada hampir 19 provinsi China yang bertempur melawan varian Omicron dan Delta. Lonjakan kasus secara nasional itu telah membuat pihak berwenang menutup sekolah di Shanghai dan mengunci beberapa kota di timur laut.

Pada Minggu, seorang pejabat mengumumkan bahwa kota Jilin telah dikunci sebagian, dengan pembatasan diberlakukan di ratusan lingkungan. Sementara Yanji, daerah perkotaan dengan hampir 700 ribu penduduk yang berbatasan dengan Korea Utara, ditutup sepenuhnya.

1. Kebijakan nol-COVID

(Presiden Tiongkok Xi Jinping menemui warga untuk kali pertama) www.twitter.com/@CCTV

China, tempat virus corona pertama kali terdeteksi pada akhir 2019, telah mempertahankan kebijakan ketat nol-COVID. Kebijakan itu termasuk memberlakukan penguncian cepat, pembatasan perjalanan, dan pengujian massal ketika terdeteksi penyebaran.

Namun, lonjakan kasus baru yang didorong oleh varian Omicron yang sangat menular dan lonjakan kasus tanpa gejala, telah menimbulkan tantangan bagi upaya tersebut.

2. Tanggapan masih kurang

Editorial Team

Tonton lebih seru di