Desi Bouterse merupakan seorang petinggi militer yang berhasil mendirikan rezim diktator Suriname setelah memenangkan kudeta tahun 1980 dan menggulingkan Presiden Henck Arron. Dua tahun kemudian, ia dituding melakukan eksekusi kepada 15 pihak oposisi, termasuk di antaranya pengacara, jurnalis dan pebisnis.
Meski begitu, ia selalu menyangkal tuduhan pembunuhan massal itu dan mengatakan jika korban disandra lantaran mencoba melakukan aksi kudeta dan ditembak lantaran berusaha melarikan diri.
Namun masa kepemimpinan Bouterse berakhir usai didesak dunia internasional pada tahun 1987 atas berbagai kasus pelanggaran HAM. Tiga tahun kemudian, ia kembali menduduki jabatan presiden lewat kudeta tanpa korban jiwa. Lalu, ia meninggalkan jabatannya setahun kemudian dan kembali menjadi presiden di tahun 2010 hingga 2020.
Selain terindikasi terlibat kasus pembunuhan massal, politisi 75 tahun itu juga pernah dijatuhi hukuman 11 tahun penjara atas kasus penyelundupan narkoba, tapi ia menolak jika telah melakukannya. Namun anaknya, Dino Boutersen sudah dijerat hukuman penjara 16 tahun terkait penyelundupan narkoba dan dugaan membantu kelompok militan Hezbollah mendirikan pangkalan di Suriname, dikutip dari Macau Business.