ilustrasi (Pexels.com/Jakson Martins)
Akibat kehadiran para ekstremis, hampir 2 juta orang mengungsi akibat kekacauan itu dan sekitar 5 ribu warga sipil tewas sejak 2015.
Dilansir Al Jazeera, lebih dari sepertiga wilayah negara itu saat ini berada di luar kendali pemerintah. Tahun lalu, negara itu mengalami kudeta militer yang dipimpin oleh Ibrahim Traore. Kudeta itu memiliki andil dalam ketidakstabilan politik.
Selain itu, penguasa junta militer saat ini juga memiliki hubungan yang buruk dengan mantan kekuatan kolonial Prancis yang pernah menjajah negara tersebut. Prancis menempatkan ratusan pasukan khususnya di negara itu untuk membantu membendung serangan kelompok ekstremis.
Namun, junta telah memutus hubungan kerja sama militer dengan Prancis. Ouagadougou juga secara resmi mendesak tentara Prancis yang ada di negara itu untuk pergi.
Dalam penilaian Rinaldo Depagne dari International Crisis Group, sentimen anti-Prancis dan desakan agar tentara Paris keluar dari negara itu dimotivasi beberapa faktor.
Pemerintah militer sementara saat ini ingin mempertahankan diri, mempromosikan semangat patriotik, dan mencari mitra eksternal baru agar dapat akses lebih mudah terhadap senjata guna memuaskan basis politiknya sendiri.