Protes terhadap Facebook di Amerika Serikat setelah terungkapnya skandal Cambridge Analytica pada 2018. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis
Dalam wawancara eksklusif dengan The Observer, Wylie mengatakan, "tidak benar kalau menyebut Cambridge Analytica murni sebagai sejenis perusahaan ilmu data atau sebuah perusahaan algoritma. Anda tahu, ini adalah mesin propaganda yang memberikan layanan penuh." Pernyataan itu ia lontarkan ketika mayoritas publik masih bingung dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh Cambridge Analytica.
Di salah satu titik dalam The Great Hack, Cadwalladr menjelaskan bahwa Cambridge Analytica mengerjakan kampanye Brexit karena si mantan bos, Steve Bannon, kenal dengan Farage. Bannon, eks pemimpin redaksi situs sayap kanan Amerika Serikat bernama Breitbart, kemudian diangkat jadi salah satu ketua tim kampanye Donald Trump.
Wylie punya testimoni menarik terkait Bannon. "Dia mengikuti ide soal Doktrin Breitbart yang mana jika kamu ingin mengubah masyarakat secara fundamental, kamu harus merusaknya lebih dulu. Begitu rusak, kamu bisa membentuknya menjadi sesuai visimu soal masyarakat yang baru," kata Wylie.
"Ini adalah senjata yang Steve Bannon ingin bangun untuk memerangi perang budayanya, dan saya bisa membangunnya untuk dia." Senjata itu dibangun dengan bahan berupa jutaan data pengguna Facebook, yang diperoleh melalui aplikasi kuis kepribadian kreasi Aleksandr Kogan dari University of Cambridge.