Melansir Reuters, pemakaman kenegaraan untuk Abe, yang merupakan perdana menteri terlama telah ditentang dengan berkembangnya laporan mengenai hubungan antara Partai Demokrat Liberal (LDP), yang pernah dipimpin Abe dengan Gereja Unifikasi yang kontroversial, yang didirikan di Korea Selatan pada 1950-an.
Tersangka dalam kematian Abe mengatakan gereja telah membuat ibunya bangkrut dan dia meyakini Abe mendukung hal tersebut. LDP menyampaikan bahwa hampir setengah dari 379 anggotanya di parlemen memiliki hubungan dengan gereja itu, tapi partai itu membantah hubungan antara partai sebagai organisasi dengan gereja.
Saat ini sejumlah survei yang dilakukan hasilnya menunjukkan mayoritas orang Jepang menentang pemakaman kenegaraan bagi Abe. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Mainichi Daily pada akhir pekan menunjukkan hanya 29 persen pemilih yang mendukung pemakaman, angka itu turun 6 persen dari survei sebelumnya pada akhir Agustus. Survei juga menunjukkan dukungan untuk LDP juga turun 6 persen menjadi 23 persen.
Penolakan upacara pemakaman telah menjadi masalah bagi Perdana Menteri Fumio Kishida dan LDP. Dukungan yang semakin berkurang dipandang akan semakin mempersulit Kishida untuk mendapatkan dukungan yang cukup untuk melaksanakan agenda pemerintahannya.
Kishida telah berulang kali membela keputusannya, tapi sebagian besar pemilih tetap tidak yakin, juga mempertanyakan perlunya mengadakan upacara yang mahal pada saat meningkatnya kesulitan ekonomi bagi warga. Biaya pemakaman untuk Abe ini diperkirakan akan menghabiskan 1,65 miliar yen (Rp172,2 miliar).