Melansir dari The Guardian, para truk yang parkir di dekat gedung parlemen bertuliskan berbagai ujaran protes seperti "pembantaian Brexit" dan "pemerintah yang tidak kompeten menghancurkan industri kerang". Sebelumnya mereka dikabarkan akan melakukan ancaman yang dikeluarkan pekan lalu yang akan membuang ikan segar di dekat No 10 di Downing Street.
Gary Hodgson, direktur Venture Seafoods, yang mengekspor kepiting dan lobster hidup dan olahan ke UE, ia menyampaikan bisnis sedang kacau dan sistem mungkin akan hancur dan ia juga memberitahu bahwa seorang operator truk butuh 400 halaman dokumentasi ekspor pekan lalu untuk masuk ke UE. David Rosie dari perusahaam DR Collin & Son, yang memperkejakan 200 orang, sebelumnya bisa mengirim satu atau dua truk berisi kepiting hidup, lobster dan lobster Norwegia ke Prancis setiap hari, yang bernilai sebesar 150 ribu pound sterling atau setara dengan 2,8 miliar rupiah. David Rosie juga mengatakan setelah transisi Brexit berakhir perusahaanya belum melakukan satu pun ekspor.
Industri makanan laut Inggris sedang bermasalah sejak melewati masa transisi Brexit. Kini untuk setiap ekspor butuh dokumen bea cukai lengkap, jaminan atas aturan asal, sertifikat kesehatan, dan biaya baru dalam ekspor. Selain itu, setiap truk yang dengan muatan lebih dari satu jenis atau kelompok, dapat ditahan jika hanya satu kotak pengangkut yang tidak memiliki dokumen sesuai dan lengkap.
Rod McKenzie, direktur kebijakan dari Asosiasi Pengangkutan menjelaskan bahwa meski dokumen telah lengkap truk masih mungkin tekena denda karena terlalu lama dalam pemerikasaan dokumen bea cukai sebagai "izin akses Kent" 24 jam, yang berlaku untuk semua pengemudi truk internasional melintasi Selat, yang telah kadaluarwasa izinnya.
Inggris saat ini tengah menghadapi kekacauan dalam industri makanan laut karena sebagian besar hasil tangkapan nelayan di ekspor ke UE.