Pertemuan-pertemuan diplomatik, apalagi sekaliber NATO, sering berlangsung sangat formal, normatif, panjang, membosankan sehingga tak jarang menjadi melelahkan. Kondisi ini dipercaya tak cocok dengan karakter Trump.
Ia adalah seseorang yang lebih menyukai kenyamanan dan tak mau mengurusi keruwetan dari menjadi seorang kepala negara. Padahal, meski sangat melelahkan, pertemuan NATO tetap dianggap sangat penting oleh negara-negara anggota.
Jorge Benitez, pakar NATO dari sebuah lembaga think tank asal AS, berkata,"Bahkan pertemuan tingkat tinggi NATO yang singkat itu masih terlalu kaku, terlalu formal, dan terlalu menitikberatkan pada kebijakan untuk ukuran seseorang seperti Trump. Trump takkan menyukainya."
Tentu saja memaksakan diri untuk mengikuti level Trump sangat tragis mengingat NATO seharusnya fokus membahas isu-isu keamanan dan ancaman terorisme. Trump sendiri pernah berkata bahwa NATO sudah tak relevan lagi dan meminta AS mengevaluasi dukungan kepada organisasi tersebut.
Ia sempat meralat pernyataan itu usai dilantik. Ketika bertemu Kanselir Jerman, Angela Merkel, Trump juga berkata AS tetap mendukung NATO. Namun, tak lama kemudian, ia mengirimkan cuitan di mana ia berkata Jerman berhutang kepada NATO dan AS harus dibayar lebih karena membantu Jerman dalam sektor pertahanan. Pernyataan Trump ini salah besar.