Petugas membersihkan area sekitar podium sebelum pengarahan harian satuan tugas wabah virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 13 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis
Amerika Serikat sendiri tercatat sebagai negara dengan kasus virus corona paling banyak yaitu lebih dari 608.000, dengan total kematian sebanyak hampir 26.000. Ini menjadikan negara tersebut sebagai episentrum virus corona. Sebelumnya, Tiongkok sebagai negara asal virus corona, kemudian Italia, yang mengumumkan kasus dan kematian terbesar.
Trump pun menuding WHO tidak becus karena menolak pembatasan perjalanan dari Tiongkok. Sikap WHO itu, menurut Trump, "berbahaya".
Ia menyalahkan WHO atas keputusan Gedung Putih yang tidak memberlakukan pelarangan perjalanan bagi orang-orang yang datang dari Tiongkok pada awal wabah.
Pernyataan Trump didukung oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Dalam sebuah wawancara televisi, ia mengatakan, saat ini WHO tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, lanjut Pompeo, pemerintah perlu membuat "perubahan fundamental" atau "mengambil keputusan berbeda" untuk melindungi masyarakat Amerika Serikat.
Akan tetapi, media di negara itu memandang Trump yang justru meremehkan virus corona. Sejak Januari hingga Februari, Gedung Putih tidak melakukan apa pun selain pembatasan masuknya penumpang dari Tiongkok.
Ketika kasus pertama virus corona diidentifikasi pada Januari, Donald Trump berkata kepada CNBC: "Ini hanya satu orang dari Tiongkok, dan kita bisa mengendalikannya. Ini akan baik-baik saja."