Protes di Belarus pada 17 Agustus 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Vasily Fedosenko
Setelah mendapatkan upaya represi dari pemerintah, terutama dengan kehadiran para tentara yang berpatroli di sejumlah kota, banyak yang memprediksi demonstrasi berhenti. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Keesokan harinya, yaitu Senin 17 Agustus 2020, massa kembali memadati jalanan Minsk.
Mereka meneriakkan yel-yel untuk menuntut Lukashenko mundur. Tidak sedikit juga yang memintanya untuk ditangkap. Pada saat yang sama, sempat muncul rumor bahwa protes takkan bertahan lama karena laporan cuaca menunjukkan kondisi tidak bersahabat. Rumor itu juga terbukti keliru dengan adanya sejumlah protes kecil.
Demonstrasi mencapai puncak pada akhir pekan kemarin. Melansir The Independent, diperkirakan ada sekitar 200.000 orang yang bergabung dengan protes tersebut. Polisi pun menerjunkan konvoi di sekitar lokasi demonstrasi.
Pada malam hari, kabar beredar bahwa Lukashenko ikut patroli helikopter militer untuk memantau massa. Ia disebut ditemani oleh anak laki-lakinya yang digadang-gadang menjadi penerusnya kelak. Sang anak dilaporkan memakai pakaian perang dan membawa senjata api Kalashnikov.
Lukashenko sendiri bergeming. Ia menegaskan bahwa tidak akan ada Pemilu baru di Belarus kecuali ada yang membunuhnya. Ia juga menyebarluaskan klaim bahwa negara sedang terancam oleh "kekuatan-kekuatan asing".