Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Uni Emirat Arab (Unsplash.com/Saj Shafique)
Ilustrasi bendera Uni Emirat Arab (Unsplash.com/Saj Shafique)

Jakarta, IDN Times – Uni Emirat Arab (UEA) kembali menyerukan gencatan senjata atas konflik Hamas dan Israel di Jalur Gaza. Seruan itu disampaikan oleh duta besar Abu Dhabi untuk Washington, Yousef Al Otaiba. Ia memperingatkan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.

“Gencatan senjata segera dan gelombang bantuan mendesak diperlukan untuk mengatasi bencana kemanusiaan yang semakin meningkat di Gaza,” kata Al Otaiba dilansir Al Jazeera, Senin (19/2/2024).

Al Otaiba menambahkan, separuh penduduk Gaza kelaparan. Sistem medis telah runtuh dan air bersih sangat langka. Serangan Israel yang akan datang akan membuat jutaan orang mengungsi.

1. Perundingan buntu

Seorang pria membawa bendera Palestina di tengah asap hitam. (pixabay.com/Hosny_Salah)

Pada Minggu, prospek gencatan senjata Israel-Hamas meredup setelah Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan akan memveto upaya untuk resolusi Dewan Keamanan PBB mendatang.

Sementara itu, mediator Qatar mengakui bahwa perundingan gencatan senjata di bidang diplomatik lainnya tengah menemui jalan buntu.

“AS tidak mendukung tindakan terhadap rancangan resolusi ini. Jika hasil pemungutan suara sesuai rancangan, maka hal itu tidak akan diadopsi," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam pernyataan, dilansir Al Awsat.

Rancangan resolusi Aljazair mengupayakan gencatan senjata kemanusiaan segera. Namun, Thomas-Greenfield mengatakan AS hanya mendukung kesepakatan gencatan senjata untuk sandera yang akan menghentikan pertempuran selama enam minggu.

2. Serangan di Rafah

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Hamas mengancam akan menunda keterlibatannya dalam perundingan tersebut, kecuali pasokan bantuan mencapai wilayah utara, tempat lembaga bantuan telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan.

“Negosiasi tidak dapat dilakukan ketika kelaparan melanda rakyat Palestina,” kata seorang sumber senior di kelompok Hamas Palestina.

Serangan yang semakin intens terhadap Rafah juga membuat prospek perdamian kian mengecil.

Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk menyelamatkan kota Rafah di selatan Gaza. Israel terus melancarkan serangan ke Rafah, di mana Netanyahu berjanji akan membasmi Hamas.

Israel disebut sedang menyudutkan Hamas sampai ke kota Rafah setelah sebelumnya melancarkan invasi darat di Khan Younis. Rafah saat ini dihuni oleh 1,5 juta pengungsi Palestina di Gaza dan menjadi wilayah terakhir bagi mereka.

3. Kekhawatiran Mesir

Bendera Mesir (Pixabay/Ivabalk)

Mesir juga menyimpan kekhawatiran mendalam atas invasi Israel ke Rafah karena dapat memaksa warga Gaza yang terjebak di sana melintasi perbatasan. Presiden Abdel Fattah al-Sisi pada Sabtu menegaskan kembali penolakan Mesir terhadap pemindahan paksa ke gurun Sinai.

Dalam percakapan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, kedua pemimpin sepakat mengenai perlunya kemajuan gencatan senjata.

Namun demikian, sekalipun kesepakatan gencatan senjata sementara tercapai pada perundingan di Kairo, Netanyahu mengatakan invasi darat pasukannya ke Rafah akan tetap dilanjutkan.

“Bahkan jika kita mencapainya, kita akan memasuki Rafah,” katanya pada Sabtu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team