UEA Tetap Kejar Pembelian Jet Tempur Siluman F-35

Abu Dhabi, IDN Times - Pemerintah Uni Emirat Arab tetap bersikeras membeli jet tempur siluman buatan Amerika Serikat, F-35 Lightning II, meskipun Israel menolak penuh penjualan senjata AS ke Negara Arab yang dapat mengancam superioritas militernya di Timur Tengah.
Penasehat dan menantu dari Presiden AS, Jared Kushner, pada hari Selasa (01/09), mengunjungi Markas Udara Al Dhafra milik AU Uni Emirat Arab dimana lokasi ini menjadi basis penempatan jet tempur F-35 milik AU Amerika Serikat yang ikut digunakan dalam operasi militer terhadap ISIS di Irak dan sekitarnya, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Trump ingin menjual F-35 ke Uni Emirat Arab
Keberhasilan normalisasi hubungan antara UEA dan Israel, membuat Amerika Serikat sebagai mediator terlihat senang dikarenakan kegiatan ekonomi dapat semakin luas bersama Uni Emirat Arab, salah satunya penjualan senjata. Dikutip dari ForeignPolicy, Presiden Donald Trump bersama administrasinya terus mengejar agar segera menyelesaikan kontrak penjualan senjata ke Uni Emirat Arab, secara khusus jet tempur siluman canggih F-35.
Penjualan F-35 sendiri diakui menjadi salah satu faktor mengapa Uni Emirat Arab menyetujui normalisasi hubungan dengan Israel. Teknologi canggih yang dimiliki jet tempur F-35 juga sudah teruji dalam pertempuran sehingga memikat Pemerintah UEA untuk segera memilikinya. Biasanya dibutuhkan satu sampai dua tahun bagi Kongress AS untuk menyetujui penjualan senjata dalam skala besar, namun Presiden Trump menginginkan penjualan senjata ke UEA dapat diselesaikan dalam kurun waktu dua sampai lima bulan.
2. Israel merasa keamanan nasionalnya terganggu
Hubungan yang mulai membaik antara UEA bersama Israel, ternyata tidak membuat Pemerintah Israel dapat mempercayai teman barunya tersebut. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebutkan jika Pemerintah Israel menolak segala bentuk penjualan senjata AS ke negara mana pun di Timur Tengah, termasuk UEA, yang mengancam keamanan nasional dan keunggulan militernya di Timur Tengah, dilansir dari Times of Israel.
Netanyahu tidak ingin Israel ikut campur dalam urusan internal UEA-AS mengenai transaksi jual-beli senjata, dan ia menolak bahwa transaksi F-35 merupakan bagian dari hasil keputusan Persetujuan Abraham atau normalisasi hubungan diplomatik UEA-Israel.
Amerika Serikat sebenarnya juga terikat dalam perundang-undangan mereka yang menjamin "keunggulan militer kualitatif" Israel secara regional dimana sampai saat ini hanya Israel yang mengoperasikan jet tempur siluman di Timur Tengah. Penjualan jet tempur siluman F-35 ke UEA oleh AS dianggap sebagai sebuah ancaman serius terhadap superioritas militer sekutu utama Pemerintah Amerika Serikat di Timur Tengah.
3. Normalisasi hubungan seharusnya tidak membuat adanya "halangan"
Uni Emirat Arab merasa kurang senang setelah datangnya kabar dari Israel bahwa mereka berusaha ikut campur dalam urusan transaksi jual-beli senjata antara Pemerintah UEA dan Amerika Serikat. Dilaporkan Reuters, Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, menegaskan seharusnya setelah persetujuan normalisasi, tidak perlu ada lagi yang menjadi "halangan" bagi Amerika Serikat untuk menjual jet tempur F-35 ke UEA.
Menyewakan markas udara dan laut sejak Perang Teluk terjadi pada tahun 1991 kepada Militer AS, serta mengizinkan peletakan 5.000 Prajurit AS di Wilayah Uni Emirat Arab, membuktikan bahwa relasi militer UEA sangat dekat dengan AS. UEA juga pernah terlibat di Afghanistan dimana mereka mengirimkan pasukan khususnya guna membantu Pasukan Koalisi yang dipimpin Amerika Serikat berperang melawan Taliban. Terjadi atau tidaknya penjualan F-35 ini akan menjadi momen krusial dalam hubungan UEA-AS dikarenakan kekecewaan Uni Emirat Arab dipercayai dapat mempengaruhi posisi strategis AS di Timur Tengah.