Ukraina Tuduh Rusia Tolak Ajakan Dialog

Kiev, IDN Times - Kementerian Luar Negeri Republik Ukraina pada hari Senin (12/04), menuduh Pemerintah Federasi Rusia telah menolak ajakan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk mengadakan kegiatan dialog.
Pernyataan tersebut disampaikan Kiev setelah pergerakan Pasukan Rusia di perbatasan Rusia-Ukraina terus meningkat dalam beberapa hari terakhir sehingga hal ini mendapat protes keras dari Pemerintah Ukraina yang mendesak Rusia agar tidak melanjutkan kegiatan militernya, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Rusia tepis tuduhan Ukraina
Mendengar tuduhan yang dilayangkan Ukraina terhadap Rusia yang disebut telah menolak ajakan dialog, Kremlin langsung merespon. Dikutip dari Financial Times, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menepis tuduhan yang disampaikan Kiev dan ia memastikan bahwa Moskow belum mendapat ajakan dialog dari Pemerintah Ukraina sehingga Peskov sangat yakin kedua negara belum melanjutkan proses dialog dalam waktu dekat ini.
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kementerian Luar Negeri Ukraina, Pemerintah Rusia secara sengaja menolak ajakan proses damai, dan salah satunya dibuktikan dengan dugaan aksi boikot yang dilakukan Rusia terhadap upaya negosiasi yang diselenggarakan OSCE pada hari Sabtu (10/04) lalu.
Kantor Kepresidenan Ukraina sangat berharap Presiden Rusia, Vladimir Vladimirovich Putin, untuk kedepannya dapat menerima ajakan dialog damai dari Pemerintah Ukraina agar situasi di perbatasan, terutama Wilayah Ukraina Timur, bisa diselesaikan dengan damai.
2. Kiev sebut 80 ribu Prajurit Rusia berada di perbatasan
Ukraina mencap peningkatan jumlah Pasukan Rusia di perbatasannya tidak lah main-main. Menurut Juru Bicara Presiden Ukraina, Iuliia Mendel, Militer Ukraina telah mengestimasi setidaknya sekitar 80 ribu lebih Prajurit Rusia telah sampai di perbatasan Ukraina dimana berdasarkan informasi terakhir 40 ribu prajurit diantaranya berada di perbatasan Ukraina Timur dan 40 ribu lainnya di Semenanjung Krimea, dilansir dari Reuters.
Selain prajurit, alutsista Militer Rusia dari berbagai wilayah di negaranya terlihat tidak berhenti bergerak menuju beberapa posisi di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina hingga Semenanjung Krimea. Dengan semakin tingginya ancaman perang terbuka dengan Federasi Rusia, Pemerintah Ukraina berpaling ke NATO dan Negara Barat guna meminta jaminan keamanan dari potensi intervensi militer dari Kremlin.
3. AS terus desak Rusia hentikan aksi "agresif" terhadap Ukraina
Sejak aneksasi Semenanjung Krimea tahun 2014 oleh Rusia, Amerika Serikat mulai aktif mendukung Ukraina. Dilaporkan Reuters, menanggapi pergerakan Pasukan Rusia yang masih berlangsung sampai hari ini, Kementerian Luar Negeri AS mendesak Federasi Rusia untuk segera menghentikan aksi "agresif" berupa penimbunan alutsista dan prajurit di sekitar perbatasan Rusia-Ukraina yang dinilai sangat mengkhawatirkan.
Seperti biasa Pemerintah Rusia merespon pernyataan AS dengan kembali menjelaskan bahwa pergerakan Pasukan Rusia di seluruh wilayah Federasi Rusia merupakan hak mutlak. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, juga sempat meminta Washington untuk berkaca dengan kehadiran prajurit dan kapal perang dari Amerika Serikat di Ukraina yang dianggap Lavrov tidak memiliki tujuan maupun dasar yang jelas.