Jakarta, IDN Times - Umat Kristen Palestina di seluruh dunia telah menolak merayakan Natal Ortodoks pada Minggu (7/1/2024) akibat serangan Israel yang terus berkecamuk di Gaza.
Hammam Farah, psikoterapis yang berbasis di kota Kanada, menngaku dirinya hancur saat menyaksikan dari jauh perang yang memporak-porandakan tanah kelahirannya. Baginya, perayaan Natal yang berlangsung meriah di Gaza kini hanya tinggal kenangan.
“Ini adalah waktu yang suci untuk merayakannya, tapi sekarang, keluarga saya sedang melarikan diri dan berada di ambang kepunahan,” katanya kepada The National.
Seperti ribuan warga Palestina lainnya, Farah juga kehilangan bibinya, Ilham Farah, dan sepupunya, Suleiman Tarzy, akibat serangan Israel di Gaza belakang ini. Konflik tersebut dimulai ketika kelompok perlawanan Palestina Hamas meluncurkan serangan lintas batas pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyandera 240 lainnya.
Bibi Farah tewas dibunuh penembak jitu Israel pada 12 November, sementara sepupunya terbunuh dalam pemboman di kompleks Gereja Ortodoks Yunani St Porphyrius di kota Gaza pada 19 Oktober. Militer Israel mengatakan bahwa jet tempur mereka tidak menargetkan gereja tersebut, melainkan pusat komando Hamas di dekatnya.