Pengungsi etnis Rohingya berada dalam tenda yang dibangun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur di Pulau Idaman, pesisir Pantai Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, Aceh, Sabtu (5/6/2021). Saat ini 81 pengungsi itu dibawa ke Kota Medan. (ANTARA FOTO/Irwansyah)
Di antara sumber pengungsi baru-baru ini, Grandi mengatakan ratusan ribu orang baru mengungsi di Mozambik dan Sahel tahun lalu, dan hingga 1 juta orang dalam konflik Tigray yang dimulai pada Oktober.
“Saya khawatir jika komunitas internasional tidak dapat menghentikan konflik ini, kita akan terus melihat peningkatan jumlahnya,” katanya.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pada akhir 2020 ada 5,7 juta warga Palestina, 3,9 juta warga Venezuela, dan tambahan 20,7 juta pengungsi dari berbagai negara lain yang mengungsi ke luar negeri. Sebanyak 48 juta orang lainnya menjadi pengungsi internal di negara mereka sendiri. Sekitar 4,1 juta lebih mencari suaka.
CEO Komite Penyelamatan Internasional David Miliband mengatakan, penghitungan UNHCR harus menjadi seruan untuk membangunkan komunitas internasional.
Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, mengecam kegagalan epik kemanusiaan dan mengatakan lebih banyak orang yang bergerak hari ini daripada kapan pun selama Perang Dunia II.
“Mayoritas orang yang melarikan diri hari ini sedang bergerak karena konflik buatan manusia. Yang kurang adalah kemauan politik dan kepemimpinan untuk mengakhiri perang ini,” tutup dia.