Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Intinya sih...

  • Stok tepung di Gaza hanya cukup untuk 6 hari ke depan karena tidak ada bantuan baru selama 19 hari terakhir.
  • Israel memblokir semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, menyebabkan harga makanan pokok dan bahan bakar naik.
  • Serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 50 ribu warga Palestina dan melukai lebih dari 112 ribu lainnya sejak Oktober 2023.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), pada Jumat (21/3/2025), mengatakan bahwa stok tepung yang tersisa di Gaza hanya cukup untuk distribusikan selama sekitar 6 hari ke depan. Pasalnya, tidak ada bantuan baru yang masuk ke wilayah tersebut selama 19 hari terakhir.

"“Kita bisa memperpanjang stok tersebut dengan memberikan porsi yang lebih sedikit kepada masyarakat. Tapi yang kita bicarakan sekarang adalah hitungan hari, bukan minggu," kata Sam Rose dari UNRWA dalam pengarahan PBB di Jenewa, dilansir dari Anadolu.

Ia menambahkan bahwa ini merupakan periode terlama tanpa adanya bantuan yang masuk ke Gaza sejak Oktober 2023.

1. Israel blokir bantuan ke Gaza sejak awal Maret

Pada 2 Maret, Israel memblokir semua bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah tahap pertama gencatan senjata berakhir. Langkah ini menyebabkan harga makanan pokok dan bahan bakar naik, sehingga memaksa banyak orang untuk menjatah makanan mereka.

Rose menyebut situasi di Gaza sangat memprihatinkan, terutama setelah wilayah tersebut kembali dihujani bom-bom Israel sejak Selasa (18/3/2025). Lebih dari 700 warga Palestina dilaporkan tewas, termasuk 200 perempuan dan anak-anak, sementara banyak lainnya diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan.

Ia mengatakan bahwa badan tersebut memperkirakan sekitar 70 ribu orang telah mengungsi, sementara banyak lainnya terdampak oleh perintah evakuasi yang dikeluarkan Israel baru-baru ini.

Dengan serangan terbaru ini, hampir 50 ribu warga Palestina dipastikan tewas dan lebih dari 112 ribu lainnya terluka akibat perang genosida Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

2. Inggris sebut blokade bantuan oleh Israel tidak dapat diterima

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy, menyebut serangan terbaru Israel di Gaza sangat mengerikan, dan menyampaikan keprihatinannya atas kematian warga sipil di sana.

Ia juga mengonfirmasi bahwa seorang warga Inggris terluka dalam serangan Israel terhadap kompleks PBB di Gaza. Menurutnya, wilayah Palestina tersebut merupakan tempat paling berbahaya di dunia bagi para pekerja bantuan.

“Saya merasakan kemarahan yang sama dengan Sekretaris Jenderal PBB Guterres atas insiden ini," katanya kepada parlemen, dikutip dari Al Jazeera.

“Selama berminggu-minggu ini, pasokan bahan-bahan pokok dan listrik telah terhambat, mengakibatkan lebih dari setengah juta warga sipil sekali lagi terputus dari akses terhadap air minum bersih dan memicu lonjakan harga sejumlah bahan makanan pokok sebesar 200 persen – sebuah keuntungan bagi para penjahat yang menggunakan kekerasan untuk mengendalikan pasokan," tambahnya.

3. Israel ancam aneksasi Gaza jika sandera tidak segera dilepaskan

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa negaranya akan meningkatkan kampanye militer melawan Hamas dan menggunakan seluruh tekanan militer dan sipil. Langkah tersebut termasuk evakuasi penduduk Gaza ke bagian selatan dan pelaksanaan rencana migrasi sukarela yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bagi penduduk Gaza.

Katz juga memperingatkan bahwa Israel akan merebut wilayah Gaza sampai Hamas setuju untuk membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza.

“Semakin Hamas bersikeras menolak melepaskan sandera, semakin banyak wilayah yang akan hilang, yang akan dianeksasi ke Israel,” katanya seperti dikutip oleh surat kabar The Jerusalem Post.

Sebelumnya, pada Kamis (20/3/2025), pasukan Israel menginvasi daerah Shaboura di Rafah, kota di selatan Gaza, dan Beit Lahiya di bagian utara. Awal pekan ini, mereka mengumumkan telah menutup jalur utama utara-selatan di wilayah tersebut sebagai bagian dari perluasan operasi daratnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah