Jakarta, IDN Times - Inggris kini resmi bergabung dengan negara di Eropa dan Amerika Serikat lantaran mencatat angka kematian tertinggi akibat COVID-19. Data real time dari Universitas John Hopkins per Senin (13/4) mencatat ada 11.329 orang yang meninggal lantaran terpapar virus corona. Sementara, jumlah kasus positif di Inggris mencapai 89.571.
Angka ini membuat Pemerintah Inggris terkejut. Apalagi sebelumnya sudah muncul prediksi dari penasihat senior sains pemerintah yang menyebut Inggris bisa saja menjadi negara di kawasan Eropa yang terpapar paling parah COVID-19.
Jeremy Farrar, anggota kelompok penasihat sains pemerintah menyarankan agar Inggris mengikuti metode Jerman di mana mereka melakukan tes jauh lebih banyak. Ia pun memuji langkah Pemerintah Inggris yang cepat mengikuti saran tersebut dan akan melakukan 100 ribu tes COVID-19 per harinya.
Selain itu, menurut Farrar, langkah Pemerintah Inggris yang tegas meminta publik agar tetap berada di dalam rumah selama masa pandemik merupakan langkah yang tepat. Sebab, dengan begitu, pemerintah bisa memberikan sedikti waktu ke rumah sakit agar tak kewalahan menangani pasien COVID-19.
"Tidak diragukan lagi ada pelajaran yang bisa diperoleh dari langkah itu," kata Farrar seperti dikutip stasiun berita BBC, Senin (13/4).
Lalu, bagaimana cara Inggris bisa bangkit dari pandemik virus corona ini?