Jakarta, IDN Times - Meski baru diumumkan secara resmi pada 12 Mei 2022 lalu, tetapi kasus harian COVID-19 di Korea Utara kini kerap bertengger di posisi pertama. Mengutip data dari World O Meter, kasus harian COVID-19 di Korut selama 24 jam terakhir bertambah 66.680. Maka, akumulasi kasus COVID-19 yang terdeteksi di sana telah menembus angka 4,1 juta.
Stasiun berita BBC, 21 Mei 2022 lalu melaporkan bahwa nyaris 2,5 juta warga Korut mengalami demam di waktu bersamaan. Namun, ketika itu otoritas di Korut masih belum bersedia mengakui bahwa demam yang disebut itu adalah gejala COVID-19.
Angka resmi yang dilaporkan menyebut ada 71 warga yang telah meninggal akibat COVID-19. Namun, diprediksi jumlah riilnya lebih banyak dari itu. Apalagi hingga kini Korut masih memberlakukan lockdown untuk mencegah adanya kasus impor.
Temuan lain yang menarik yakni hingga saat ini tidak ada data mengenai berapa banyak jumlah warga di Korut yang telah menerima vaksin COVID-19. Maka, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, ketika berada di Korea Selatan mengumumkan bahwa Negeri Paman Sam menawarkan vaksin COVID-19 ke Korut.
"Vaksin ini kami tawarkan tidak hanya bagi Korut tetapi juga untuk China. Kami sudah siap-siap untuk mengirimkan vaksin secepatnya. Sayang, tidak ada respons (atas tawaran itu)," ungkap Biden ketika memberikan keterangan pers bersama dengan Presiden baru Korsel, Yoon Suk-yeol.
Lalu, apa strategi Korut untuk mengatasi badai COVID-19 yang melanda negaranya saat ini?