Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden AS, Donald Trump. ( The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Thailand setuju gencatan senjata dengan Kamboja

  • Perundingan tarif dagang Kamboja dan Thailand dilanjutkan

  • Saling tuduh antara Thailand dan Kamboja dalam bentrokan terbaru

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengaku telah mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Kamboja dan Thailand. Dia menegaskan kedua negara mengupayakan gencatan senjata segera, menyusul bentrokan yang terjadi perbatasan.

Ajaibnya, Thailand langsung setuju untuk melakukan gencatan senjata dengan tetangganya. Di awal kunjungan pribadinya ke lapangan golf Skotlandia, Trump menulis di Truth Social, Thailand dan Kamboja sepakat untuk segera bertemu dan segera menyusun kesepakatan gencatan senjata.

"Pada akhirnya, PERDAMAIAN!" seru Trump.

1. Thailand mau gencatan senjata, tapi tergantung pada Kamboja

Ilustrasi pemandangan sungai dengan bendera Thailand (pexels.com/Felix Haumann)

Dikutip BBC, Minggu (27/7/2025), Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengonfirmasi pada prinsipnya pihaknya menyetujui gencatan senjata. Namun, Phumtham menegaskan ingin melihat ketulusan Kamboja dalam masalah yang ada.

Masuknya AS dalam perundingan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja memang cukup menarik. Sebab, tak jelas dari mana Trump muncul dan Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa, merasa pihaknya belum membutuhkan mediasi dari pihak ketiga.

Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, telah menawarkan untuk memfasilitasi perundingan antara Thailand dan Kamboja. Kamboja juga sudah menyerukan gencatan senjata segera dengan Thailand dan resolusi damai untuk perselisihan tersebut.

2. Perundingan tarif dagang Kamboja dan Thailand dilanjutkan

Bendera Kamboja (pexels.com/aboodi vesakaran)

Dalam kondisi ini, Trump ternyata masih berharap agar perundingan perdagangan dengan Kamboja dan Thailand berlanjut. Meski, dia juga menyadari waktunya tidak tepat karena pertempuran belum berhenti. Alhasil, Trump melakukan intervensi sepekan sebelum tarif AS untuk Kamboja dan Thailand mulai berlaku.

Trump bahkan langsung berbicara dengan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, dan Phumtham usai bermain golf di resor mewahnya, Trump Turnberry, South Ayrshire. Tujuannya demi memastikan arus negosiasi perdagangan tetap berjalan.

"Ketika semuanya selesai, dan perdamaian sudah di depan mata, saya berharap dapat menyelesaikan Perjanjian Perdagangan kita dengan keduanya!" tulis Trump.

Mulai 1 Agustus, bisnis di AS yang mengirimkan barang dari Thailand atau Kamboja harus membayar pajak sebesar 36 persen kecuali jika kesepakatan dapat dicapai sebelum tanggal tersebut.

3. Saling tuduh

Wilayah pelintasan perbatasan Kamboja dan Thailand. (commons.wikimedia.org/Jorge Láscar)

Thailand dan Kamboja saling tuduh sebagai pihak yang melepaskan tembakan terlebih dahulu dalam bentrokan terbaru ini. Thailand mengklaim pertempuran dimulai ketika militer Kamboja mengerahkan pesawat nirawak untuk melakukan pengawasan terhadap pasukannya di dekat perbatasan. Di sisi lain, Kamboja menuduh tentara Thailand melanggar perjanjian sebelumnya dengan menyerang kuil Khmer-Hindu.

Alhasil, bentrokan yang pecah sejak 24 Juli 2025 itu memakan korban jiwa. Setidaknya, ada 33 tentara dan warga sipil tewas akibat pertempuran yang terjadi sejak 24 Juli 2025 lalu. Kemudian, ribuan warga negara Thailand dan Kamboja yang terpaksa mengungsi dari perbatasan akibat perselisihan yang sudah berlangsung lebih dari seabad, ketika perbatasan ditetapkan setelah pendudukan Prancis di Kamboja.

Editorial Team