Venezuela Marah Uni Eropa Perpanjang Sanksi ke Negaranya

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Venezuela, pada Senin (13/11/2023), mengecam keputusan Uni Eropa (UE) atas perpanjangan sanksi ke negaranya selama 6 bulan. Ia pun menyebut bahwa blok tersebut berniat ikut campur urusan dalam negeri Venezuela.
Keputusan ini bertolak belakang dengan Amerika Serikat (AS) yang bersedia mencabut sementara sanksi kepada sektor minyak dan gas Venezuela. Kebijakan ini diterapkan usai pemerintahan Nicolas Maduro sepakat dengan oposisi untuk menyelenggarakan pilpres yang bebas dan adil.
1. Venezuela klaim Uni Eropa arogan dan mempraktikkan kolonialisme
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Venezuela menyebut UE arogan atas penetapan keputusan terlarang memperpanjang sanksi ke negaranya.
"Pemerintah Republik Venezuela menolak sikap arogan dan terlarang yang dilakukan UE dengan memperpanjang sanksi hingga 14 Mei 2024. Ini adalah bentuk kebijakan unilateral paksa yang ditujukan kepada rakyat Venezuela," kata Kemlu Venezuela, dilansir Europa Press.
"Caracas menganggap kebijakan UE yang diterapkan sekali lagi ini adalah sebuah bentuk kolonialisme dan sebuah intervensi urusan dalam negeri Venezuela yang merendahkan dan merusak kehidupan rakyat Venezuela," sambungnya.
Pemerintah Venezuela juga menekankan, kekuatan demokrasi dan institusi di negaranya. Mereka pun memperingatkan bahwa sanksi ini akan berdampak pada kemungkinan dialog konstruktif antara Venezuela-Uni Eropa.