Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Vietnam. (Unsplash.com/erika m)
Bendera Vietnam. (Unsplash.com/erika m)

Intinya sih...

  • 10 nelayan Vietnam terluka akibat pemukulan penegak hukum China di dekat Kepulauan Paracel di LCS
  • Pihak China juga mengambil peralatan penangkapan ikan saat kapal beroperasi di Hoang Sa, diklaim Vietnam
  • Kementerian Luar Negeri Vietnam memprotes perlakuan brutal China, sementara China menyatakan operasinya profesional dan tanpa korban luka
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Vietnam, pada Rabu (2/10/2024), memprotes pemukulan penegak hukum China terhadap nelayannya tiga hari lalu di dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan (LCS). Kepulauan tersebut dikuasai Beijing, tapi juga diklaim oleh Hanoi.

Media Vietnam mengatakan sekitar 40 orang China dari dua kapal telah memukuli para nelayan dengan pipa besi. Serangan itu menyebabkan 10 nelayan terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi parah.

1. China klaim nelayan menangkap secara ilegal

Ilustrasi nelayan. (Unsplash.com/Anastasia Palagutina)

Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan, selain memukul, pihak China juga mengambil peralatan penangkapan ikan mereka ketika kapal mereka beroperasi di dekat Hoang Sa, nama lokal untuk Kepulauan Paracel.

"Vietnam sangat prihatin, geram, dan memprotes perlakuan brutal oleh pasukan penegak hukum China terhadap nelayan dan kapal penangkap ikan Vietnam yang beroperasi di kepulauan Hoang Sa, Vietnam," kata Pham Thu Hang, juru bicara Kementerian Luar Negeri, dikutip dari Reuters.

Protes telah disampaikan kepada kedutaan negara tersebut di Hanoi dan menuntut agar menghormati kedaulatannya, menyelidiki insiden tersebut, dan menghentikan tindakan seperti itu lebih lanjut.

Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri China mengatakan kapal-kapal itu telah menangkap ikan secara ilegal di perairan Paracel tanpa izin dari Beijing, dan pihaknya mengambil tindakan untuk menghentikan mereka.

"Operasi di lokasi berlangsung profesional dan terkendali, dan tidak ditemukan adanya korban luka," katanya.

2. Empat nelayan menjalani perawatan di rumah sakit

Ilustrasi rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)

Empat nelayan dari kota Quang Ngai harus menjalani perawatan di rumah sakit karena luka serius. Nguyen Thanh Bien, kapten kapal, menggambarkan kedua kapal tersebut memiliki nomor 101 dan 301.

Media Vietnam menggambarkan, pada pagi hari 29 September, saat beroperasi di perairan, mereka melihat kapal asing yang diidentifikasi sebagai nomor 301 mengejar mereka.

Merasakan adanya bahaya, Nguyen Thanh Bien, kapten kapal, memerintahkan awak kapal untuk kembali ke pelabuhan Sa Ky (di pantai Quang Ngai). Namun, kapal asing tambahan dengan nomor 101 ikut mengejar, mengerahkan tiga kapal yang lebih kecil untuk mengepung mereka, dikutip dari VOA News.

Nguyen Thuong, salah satu nelayan yang saat ini dirawat di rumah sakit karena luka di lengan kirinya, mengatakan dipukuli tanpa ampun karena tidak bisa melawan. Setelah dipukuli mereka memaksa para nelayan ke bagian depan kapal untuk ditutupi dengan terpal.

3. China dianggap memperkuat klaim terhadap wilayah sengketa

Bendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)

Duan Dang, pakar geoint.asia dan LCS, mengatakan dua kapal China, Sansha Zhifa 101 dan Sansha Zhifa 301 telah diidentifikasi sebagai kapal yang menyerang awak kapal penangkap ikan pada 29 September.

Hoang Viet, dosen di Universitas Hukum Kota Ho Chi Minh, mengatakan serangan kapal China itu tanpa alasan, yang diyakini sebagai upaya untuk menguasai Laut Timur, nama lokal LCS. Untungnya pemerintah bereaksi dengan cepat atas insiden itu karena memprioritaskan hubungan dengan China.

Dia menjelaskan Vietnam selalu mengutamakan kedaulatan teritorialnya, tapi China tidak pernah menghentikan ambisinya untuk mengklaim perairan Laut Timur, dengan mengancam Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara.

Raymond Powell, pendiri dan direktur SeaLight, sebuah proyek yang memantau aktivitas di LCS, menuduh China semakin sering memakai kekerasan untuk mengklaim wilayah sengketa. Hal itu dintunjukkan dengan banyaknya kapal penegak hukum yang diubah menjadi pasukan paramiliter, dan diberi wewenang menggunakan semua cara agar negara-negara tetangga tunduk.

Powell meyakini hanya masalah waktu sebelum seseorang terbunuh dalam sengketa tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama