Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif TYI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut, kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan tarif impor, bisa membawa dunia ke arah dua gejolak ekstrem.
AHY menuturkan, saat ini eskalasi baru yang dipicu kebijakan Trump berdampak lebih luas dan jauh lebih signifikan. Kenaikan tarif ini akan berdampak baik ke pasar keuangan maupun sektor riil.
"Dampaknya risiko resesi global di tahun ini meningkat tajam," kata AHY.
"Unfortunately, this is not an April Mob. This is not a hoax. Ini adalah fakta baru dunia. Kebijakan sepihak Amerika Serikat ini tentu bisa membawa dunia menuju dua arah yang ekstrem," sambung dia.
Kebijakan Trump tersebut, menimbulkan perlawanan kolektif di mana negara-negara akan menjauhi dominasi Amerika Serikat dan membangun blok ekonomi baru.
"Yang kedua, jika kebijakan ini terbukti efektif maka dunia justru akan semakin tunduk pada satu kekuatan yang semakin hegemonik, yaitu Amerika Serikat," tutur AHY.
Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan ini pun mengatakan, bagaimana pun hasilnya, Indonesia wajib menghadapi risiko fragmentasi yang akan muncul. Bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara politik dan keamanan aliansi baru akan terbentuk.
"Polarisasi akan semakin tajam, konflik lama berpotensi membesar," ungkapnya.
Lebih lanjut, AHY juga mengapresiasi langkah Presiden RI Prabowo Subianto yang telah menjalankan diplomasi dua jalur (dual track diplomacy). Pertama, mengirimkan tim negosiasi ke Washington DC.
Kemudian kedua, membangun komunikasi dengan para pemimpin ASEAN dan juga para pemimpin dunia lainnya.
"Inilah wajah diplomasi strategis yang adaptif dan juga tanggap diplomasi yang tidak reaktif, tapi juga tidak pasif," tutur dia.
Ia mengatakan, kebijakan tarif impor Trump ini bukan hanya akan mengguncang sistem perdagangan global, tetapi juga sangat berpotensi mengganggu stabilitas keamanan internasional jika negara lain memilih berhadapan dengan AS dan membangun aliansi tandingan.
"Maka dunia akan terdorong ke arah fragmentasi politik saya ulangi, fragmentasi blok ekonomi politik baru, aliansi-aliansi baru bisa berkembang menjadi kutub kekuatan yang saling bersaing. Bukan hanya dalam perdagangan tapi juga dalam pengaruh strategis dan militer polarisasi ini bisa memperparah konflik regional yang sudah ada termasuk yang tengah terjadi di kawasan Asia Pasifik," imbuh dia.