Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket. (IDN Times/Sonya Michaella)
Jelas kami mengutuk aksi ini. Keputusan ini tidak memiliki dasar hukum internasional dan bertentangan dengan Piagam PBB. Menentang prinsip kedaulatan perbatasan, kedaulatan wilayah, perbatasan negara yang tidak dapat diganggu gugat, semuanya. Jadi, semua pondasi dasar tatanan dunia sedang dilanggar oleh Rusia dalam hal ini.
Uni Eropa tidak akan pernah mengakui keputusan ini. Kita juga tidak sendirian karena sebagian besar negara-negara di seluruh dunia yang duduk menjadi anggota PBB, punya pandangan yang sama. Rusia berdiri sendiri saat ini dan terisolasi selama invasi itu terus berlanjut.
Dukungan kami ke Ukraina, tentunya juga di masalah kemanusiaan. Kami menampung sekitar 4,5 juta pengungsi Ukraina di dalam Uni Eropa dan kami membuka pintu untuk mereka dalam segala hal. Mereka bisa bekerja bersama kami, mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka, mereka juga menjalani kehidupan yang normal selama mungkin, selama mereka membutuhkan kami sampai situasi Ukraina pulih kembali.
Dukungan kami pun bermacam-macam, ada dukungan bagi pemerintah, pemerintah kota, sekolah, rumah sakit. Dukungan pertahanan untuk pertama kalinya dan bahwa Uni Eropa mendanai persenjataan untuk negara ketiga dan kami akan terus melakukannya.
Kami juga berkomunikasi dengan PBB. Dan jelas bahwa Rusia sendiri juga telah terisolasi. Tidak ada yang mendukung Rusia atas apa yang telah dilakukannya.
Kami juga terus mendukung kelanjutan ekspor gandum Ukraina dan pupuk mereka ke pasar dunia, utamanya negara-negara Afrika dan negara-negara berkembang di Asia. Seperti kita tahu bahwa PBB dan Turki mengambil peran untuk ini dan ekspor ini harus terus diperluas. Dengan kita melakukan ini, kita mencegah adanya krisis pangan meluas.
Lalu Uni Eropa juga bertugas untuk memastikan suplai gas dan energi aman, karena.. ya, Rusia memotong suplai gas dan energi mereka. Kami ingin merdeka dari Rusia. Jadi kami harus mencari alternatif dan sekarang kami cukup berhasil dalam hal ini.
Kami mendapat pasokan gas dan energi baru dari Norwegia, Aljazair, negara-negara Teluk termasuk Qatar.
Memang kami mengakui bahwa harga pangan juga ikut naik, di Uni Eropa juga seperti itu. Saat ini kami mengalami lonjakan tagihan listrik hampir dua kali lipat dan ada inflasi sekitar empat hingga persen. Jadi mudah-mudahan semua bisa stabil di 2023 nanti.