Jakarta, IDN Times - Warga negara asing yang meninggalkan Jalur Gaza pada Kamis (2/11/2023) mengaku lega karena bisa lolos dari pemboman bertubi-tubi Israel.
Penyeberangan perbatasan Rafah, yang menghubungkan wilayah Gaza dan Mesir, dibuka pada Rabu (1/11/2023) untuk menerima kelompok warga negara asing pertama, yang berjumlah 596 orang menurut otoritas perbatasan wilayah tersebut.
“Ini adalah sebuah bencana, sebuah kekejaman. Sebuah bencana jika Anda ingin menyebutnya demikian. Ini bahkan lebih buruk daripada bencana besar," kata Abdullah Dahalan, salah satu dari sekitar 20 warga Australia yang diizinkan meninggalkan Gaza dalam kelompok pertama, dikutip The National.
“Saya tidak terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Anda pergi tidur dan Anda tidak tahu apakah Anda akan bangun atau tidak. Ini sungguh situasi yang buruk, saya tidak bisa menggambarkannya,” katanya.
Setelah 345 warga negara asing dan 76 warga Palestina yang terluka dievakuasi ke Mesir pada Rabu, otoritas perbatasan Gaza mengumumkan penyeberangan Rafah akan tetap dibuka selama beberapa hari mendatang untuk memungkinkan sisa kelompok tersebut keluar.
Selain 20 warga negara Australia, warga asing yang meninggalkan Gaza antara lain warga negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Hongaria, Korea, dan Yordania.