Jakarta, IDN Times - Korban banjir di kota Zhuozhou, China utara, mengeluh karena pemerintah daerah dianggap tidak berbuat banyak untuk membantu mereka. Kota kecil yang terletak kurang dari 80 kilometer selatan Beijing itu mengalami kerusakan berat akibat banjir terparah yang pernah melanda wilayah tersebut.
China utara dilanda hujan ekstrem setelah Topan Doksuri mendarat di provinsi Fujian selatan pada 28 Juli. Bencana tersebut menyebabkan sejumlah kota termasuk Beijing terendam banjir, sedikitnya 60 orang tewas, dan banyak rumah, tanaman, ternak, serta infrastruktur rusak parah.
Pemerintah memprediksi kerugian ekonomi secara langsung dari banjir di daerah Baoding, yang meliputi Zhuozhou, mencapai 2,36 miliar dolar AS (sekitar Rp36 triliun).
"Di tempat lain Anda melihat para pemimpin bergegas ke garis depan dan mengoordinasikan upaya penyelamatan, tetapi di Zhuozhou mereka menghilang," kata seorang warga bermarga Wang, yang terjebak di apartemennya selama tiga hari tanpa listrik, dikutip dari Reuters.
"Kelompok penyelamat tiba dari seluruh China tetapi tidak dapat menemukan siapa pun untuk diajak bekerja sama," tambah dia.