Jakarta, IDN Times - Kekhawatiran masih melanda warga etnis Armenia di Nagorno Karabah pascagencatan senjata yang menyudahi pertempuran singkat antara Azerbaijan dan kelompok separatis di wilayah itu pada Rabu (20/9/2023) .
Meski pemerintah Azerbaijan telah menjanjikan hak dan kebebasan bagi penduduk sipil, namun tampaknya hanya sedikit dari mereka yang ingin tetap tinggal.
“Mayoritas penduduk ingin dievakuasi ke Armenia. Kami tidak bisa hidup dengan Azerbaijan,” kata Hayk Harutunyan, warga Stepanakert, ibu kota wilayah tersebut, kepada Associated Press.
“Selama 30 tahun terakhir ribuan orang Armenia terbunuh, saudara dan saudari kita. Tujuan Azerbaijan adalah memusnahkan bangsa Armenia; bagaimana kami bisa hidup bersama mereka yang ingin membunuh kami?”
Sedikitnya 200 orang tewas pekan ini ketika pasukan militer menyerbu wilayah yang secara internasional dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan itu pada Selasa (19/9/2023). Sehari kemudian, pihak berwenang Nagorno-Karabakh menyetujui tuntutan militer untuk menyerahkan senjata dan membubarkan pemerintahan separatis mereka.
Penyerahan senjata pertama telah dilakukan pada Jumat (22/9/2023). Adapun proses itu diperkirakan akan berlanjut hingga akhir pekan, dengan bantuan pasukan penjaga perdamaian Rusia.