ilustrasi pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)
Penyelidikan ini diperintahkan Tedros pada Oktober tahun lalu setelah ada laporan dari sebuah media yang mengklaim petugas WHO melakukan pelecehan seksual di Kongo. Sebelum laporan panel independen ini dirilis, AP pada bulan Mei mengklaim adanya pelecehan di 2019 yang dilakukan petugas WHO dan pejabat di organisasi itu dilaporkan telah menerima laporan adanya dugaan kasus pelecehan.
Dalam laporannya AP mengklaim DR. Michel Yao, seorang pejabat senior WHO yang mengawasi wabah di Kongo, telah menerima laporan tentang adanya berbagai tuduhan pelecehan seksual. Namun, Yao dilaporkan tidak membuat tanggapan.
Temuan media tersebut mengatakan dokter WHO, Jean-Paul Ngandu telah menghamili seorang wanita. Ngandu dan dua pejabat WHO dilaporkan telah menandatangani kontrak yang menjanjikan untuk membeli tanah bagi seorang wanita yang diduga telah dihamili Ngandu. Menurut keterangan Ngandu, dia dipaksa untuk menyetujui kontrak itu demi melindungi reputasi WHO.
Panel menyampaikan Tedros baru mengetahui kasus Ngandu setelah AP merilis artikelnya. Laporan panel mengatakan dua pejabat WHO, Andreas Mlitzke, seorang kepala divisi kepatuhan, manajemen risiko dan etika, dan David Webb, pejabat pengawas internal, keduanya merupakan pejabat yang diduga membuat kesepakatan bersama Ngandu.
Kedua pejabat WHO itu bersama Ngandu berusaha menentukan apakah wanita yang menuduh Ngandu ini perlu diberikan bantuan atau tidak, mengingat kontrak hukumnya dengan Ngandu. Webb telah menyerukan untuk tidak perlu meluncurkan investigasi karena masalah tersebut telah diselesaikan dengan “kesepakatan damai.”
Laporan AP juga mengindentifikasi dokter WHO Boubacar Diallo telah mengajak seorang wanita muda bernama Shekinah untuk berhubungan seks, dengan imbalan pekerjaan. Shekinah berharap Diallo tidak diperkejakan lagi oleh WHO dan dihukum.