Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Program Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan mengatakan lockdown atau kuncitara saja tidak akan cukup untuk melawan virus corona. Menurutnya, bila pemerintah suatu negara memberlakukan lockdown lalu, mereka tidak tegas dalam penerapannya, maka ketika kebijakan itu dicabut maka COVID-19 tetap ada dan menghantui publik.
Lalu, apa dong cara yang efektif untuk melawan virus yang kini telah menewaskan lebih dari 14 ribu orang di seluruh dunia?
Dalam wawancara dengan stasiun berita BBC, Ryan menjelaskan fokus kebijakan pemerintahan suatu negara seharusnya mencari warganya yang sakit.
"Apa yang perlu difokuskan yakni fokus untuk mencari siapapun yang sakit, mereka yang terpapar virus ini dan mengkarantina mereka. Lalu, temukan kontak langsung terdekatnya, dan karantina juga mereka," tutur Ryan seperi dikutip dari laman Malaysia, The Star, Minggu (22/3).
Ia kemudian mengambil contoh kebijakan yang diterapkan di Tiongkok, Singapura dan Korea Selatan. Tiongkok memang melakukan lockdown, namun hanya di satu provinsi yakni Hubei. Provinsi itu diisolasi lantaran menjadi episentrum virus Sars-CoV-2.
Sementara, Korea Selatan dan Singapura sama-sama tidak memberlakukan lockdown. Negeri Ginseng menerapkan tes massal dan memanfaatkan teknologi untuk memantau semua warganya yang berada dalam karantina. Singapura menerapkan kebijakan mengisolasi mereka yang sakit dan melacak kontak langsungnya. Baik Singapura dan Korsel sama-sama menerapkan transparansi data untuk disampaikan ke publik.
Lalu, kebijakan apa yang diterapkan oleh Indonesia? Sebab, Presiden Joko "Jokowi" Widodo menegaskan tak akan memberlakukan lockdown terhadap Indonesia. Kapan vaksin untuk mencegah virus corona bisa tersedia di pasaran?