Jakarta, IDN Times - Badan Kesehatan Dunia (WHO) terlihat semakin khawatir melihat perkembangan pandemik COVID-19 yang justru tak menunjukkan penurunan. Bahkan, berdasarkan data yang mereka miliki pada (20/5) kemarin, dilaporkan ada 106 ribu kasus positif COVID-19 di seluruh dunia. Ini menjadi rekor baru tragis yang diciptakan dunia di tengah-tengah keinginan mereka untuk melonggarkan aturan pembatasan pergerakan manusia.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemik COVID-19 masih jauh dari kata akhir.
"Kami sangat khawatir terhadap kenaikan kasus positif COVID-19 di negara berpendapatan menengah dan rendah," ungkap Tedros seperti dikutip stasiun berita Al-Jazeera pada Rabu kemarin.
Sementara, Kepala Program Darurat WHO, Mike Ryan menilai dunia segera merealisasikan pencapaian tragis yakni nyaris 5 juta orang di seluruh dunia sudah terpapar COVID-19. Di tengah-tengah upaya WHO memimpin negara anggotanya keluar dari pandemik, badan PBB yang dibentuk usai Perang Dunia II itu justru dikritik luas oleh berbagai pihak. WHO dituding lamban memberikan peringatan ke dunia mengenai kemunculan virus Sars-CoV-2 dan terlihat berpihak ke Tiongkok.
Hal itu terlihat ketika digelar pertemuan tahunan WHO secara virtual pada 18 Mei - 19 Mei 2020. Semua negara anggota mendesak dilakukannya evaluasi terhadap cara WHO kali pertama menangani virus corona. AS pun yang sempat mengancam WHO akhirnya sepakat dalam resolusi yang disponsori oleh Uni Eropa itu.
"Saya katakan berulang kali WHO menyerukan untuk adanya akuntabilitas dibandingkan siapa pun. Itu (evaluasi) harus dilakukan dan ketika dilakukan harus secara menyeluruh," kata Tedros lagi tanpa menyebut kapan WHO akan memulai evaluasinya.
Lalu, apakah ancaman Trump untuk menghentikan pendanaan ke WHO secara sementara waktu berdampak langsung bagi organisasi itu?