Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi dokter (unsplash.com/Piron Guillaume)
ilustrasi dokter (unsplash.com/Piron Guillaume)

Intinya sih...

  • Serangan terhadap fasilitas kesehatan di Sudan telah meningkat, dengan 82 serangan sejak April 2023, termasuk 17 serangan dalam enam pekan terakhir.
  • Konflik antara tentara dan paramiliter menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan lebih dari sepuluh juta lainnya mengungsi, serta menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan.
  • Kelaparan merupakan faktor utama yang mendorong warga Sudan meninggalkan negaranya, dengan hampir 26 juta orang Sudan menghadapi kerawanan pangan akut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (17/7/2024) melaporkan bahwa serangan terhadap rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya di Sudan telah meningkat.

Hanan Balkhy, direktur regional WHO di Mediterania Timur, mengungkapkan bahwa sejak meletusnya pertempuran antara tentara dan paramiliter pada April 2023, WHO mencatat ada 82 serangan terhadap fasilitas kesehatan, termasuk 17 serangan dalam enam pekan terakhir.

"Sementara itu, negara ini menderita penyebaran penyakit seperti kolera, malaria dan meningitis,” katanya, dalam konferensi video, dikutip New Arab.

1. Pengiriman bantuan hadapi sejumlah hambatan akibat konflik yang terus memanas

Konflik antara tentara di bawah pimpinan Abdel Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Daglo telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan lebih dari sepuluh juta lainnya mengungsi.

Shible Sahbani, perwakilan WHO di Sudan, mengatakan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan di Sudan menghadapi hambatan administratif, keamanan maupun logistik.

"Meskipun terdapat tantangan, WHO mendistribusikan 510 ton obat-obatan dan bahan-bahan bantuan antara bulan Januari dan Juli,” tambahnya, seraya mengatakan bahwa dua truk memasuki Darfur Utara pekan lalu dari Chad, dan tujuh truk sedang dalam perjalanan ke Darfur dari Port Sudan.

2. Lebih dari setengah populasi Sudan alami kerawanan pangan akut

Sahbani menyebut kelaparan merupakan faktor utama yang mendorong warga Sudan meninggalkan negaranya. Hal ini merujuk pada kesaksian para pencari suaka di negara tetangga, Chad.

Menurut laporan baru-baru ini yang didukung PBB, hampir 26 juta orang Sudan, atau lebih dari separuh populasi, menghadapi kerawanan pangan akut. Badan-badan kemanusiaan mengatakan bahwa sulitnya mengumpulkan data di lapangan telah mencegah kelaparan diumumkan secara resmi di negara tersebut.

Baik tentara maupun RSF dituduh menghalangi bantuan kemanusiaan dan hampir menghancurkan sistem layanan kesehatan Sudan yang sudah rapuh

3. Banyak petugas kesehatan melarikan diri dari Sudan akibat ketidakamanan

Dilansir NPR, sebagian besar pasokan dan peralatan medis Sudan, seperti bank darah dan laboratorium kesehatan masyarakat, berada di ibu kota Khartoum, yang merupakan garis depan konflik dan tidak dapat dijangkau.

Tedla Damte, kepala kesehatan UNICEF Sudan, mengatakan bahwa sebagian besar dari 250 ribu petugas kesehatan yang bertugas di Kementerian Kesehatan Sudan telah meninggalkan negara tersebut. Hal ini membuat situasi semakin sulit bagi mereka yang masih tinggal di sana.

“Dan yang lebih penting lagi, karena takut akan keselamatan mereka sendiri dan tanpa jaminan perlindungan, petugas kesehatan tidak dapat mengakses fasilitas di banyak tempat dan belum dibayar selama berbulan-bulan,” ungkapnya.

Shashwat Saraf, direktur darurat regional Afrika Timur untuk Komite Penyelamatan Internasional (IRC) mengatakan bahwa di antara lebih dari tujuh juta pengungsi internal di Sudan, hanya dua persen yang memiliki akses terhadap layanan kesehatan.

Hal ini mendorong IRC dan organisasi bantuan lainnya, termasuk WHO, menerapkan pendekatan baru untuk meningkatkan akses terhadap orang-orang yang membutuhkan, termasuk membuka klinik keliling di sekolah, gedung, dan bahkan di bawah naungan pohon sekalipun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah