Ada puluhan juta kunjungan turis per tahun yang membuat Amsterdam semakin padat. Ilustrasi (pexels.com/Pixabay)
Penduduk kota Amsterdam hanya sekitar 850.000 orang. Namun, adanya penerbangan murah dan pemesanan daring, jumlah kunjungan ke kota tersebut melonjak menjadi hampir 20 juta kunjungan dalam setahun. Pada tahun 2025, diperkirakan kunjungan akan mencapai angka 29 juta.
Jumlah tersebut kini dianggap telah menyebabkan kepadatan akibat bisnis pariwisata yang berlebihan. Karena itu, pemerintah kota sudah memikirkan bagaimana mengurangi kepadatan tersebut. Jumlah toko sudah dibatasi, Airbnb sudah ditekan, pembangunan hotel baru sudah dihentikan dan menaikkan pajak juga dilakukan.
Dan salah satu cara untuk mengurangi kepadatan adalah rencana melarang turis asing membeli ganja rekreasi di Amsterdam. Rencana tersebut didukung oleh bisnis lokal dan menyambutnya dengan sangat baik.
Robert Overmeer dari asosiasi bisnis BIZ Utrechtsestraat mengatakan kedai kopi ganja “adalah salah satu mata rantai wisata penting (tapi) bernilai rendah” jelasnya seperti dikutip dari The Guardian (11/1).
Meskipun begitu, ada juga yang khawatir dengan aturan baru tersebut. Joachim Helms dari asosiasi pemilik kedai kopi BCD menjelaskan larangan itu kemungkinan akan membuat ganja diperjual-belikan secara sembarangan di jalan-jalan.
Selain kedai kopi, Amsterdam juga memiliki Distrik Lampu Merah yang merupakan wisata bagi orang-orang dewasa. Banyak sekali gadis-gadis cantik yang berpose seksi dan dapat terlihat dari luar karena hanya dihalangi oleh jendela kaca bening.
Meski begitu, Distrik Lampu Merah tak begitu menarik wisatawan asing. Melansir dari CNN, menurut survei pada Agustus 2019, kedai kopi jauh lebih menarik wisatawan dibandingkan dengan Distrik Lampu Merah. Sebanyak 72 persen pengunjung mengatakan mendatangi kedai kopi dan hanya 1 persen saja yang mengaku berwisata di prostitusi jendela Distrik Lampu Merah.