Tentara Prusia melakukan pengepungan kota Paris pada tahun 1870an (wikimedia.org/Anton Hoffman)
Melansir dari laman BBC, Dominique Jardy yang menjadi kurator museum Linge d’Orbey Memorial, ketika mendapati kapsul berisi surat langka itu meminta sahabatnya di Jerman untuk mendeskripsikan pesan yang tertulis. Surat itu rupanya beraksara Gotik Jerman dan berisi manuver peperangan yang kemungkinan juga sinyal untuk meminta bantuan (9/11).
Penemuan surat tersebut kemudian diberi label “super langka” dan selanjutnya akan menjadi pajangan permanen di museum Linge d’Orbey Memorial agar bisa disaksikan oleh para pengunjung.
Penggunaan merpati untuk mengirim surat sudah lama terjadi. Paling terkenal adalah ketika pengepungan Paris oleh tentara Prusia (Jerman) pada tahun 1870-1871. Saat itu, Paris yang sudah terisolaso dan terus-menerus di hajar oleh Prusia, menerbangkan 302 merpati pos yang diangkut dua balon gas batu-bara yang mudah terbakar.
Mike Dash dalam laporannya yang berjudul World War I: 100 Years Later; Closing the Pigeon Gap dan dimuat di laman Smithsonian menerangkan bahwa dari 302 merpati yang dibawa oleh dua balon tersebut, hanya 57 yang kembali ke Paris. Sebagian besar dari merpati tersebut tewas ditembaki oleh tentara Prusia, kedinginan, kelaparan atau menjadi mangsa burung elang tentara Prusia yang tergesa-gesa disiapkan guna memburu para merpati.
Dari kejadian tersebut, sekitar tahun 1899, Spanyol, Rusia, Italia, Austria, Rumania bahkan Jerman sendiri juga akhirnya banyak meniru dan menggunakan merpati pos sebagai salah satu “prajurit” yang berfungsi untuk mengirim pesan. Pada Perang Dunia II, ketika dunia sudah modern, merpati pos bahkan masih digunakan jasanya.