Xi Jinping Ungkap 4 Poin untuk Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Jakarta, IDN Times - China melakukan konferensi tingkat tinggi dengan pemimpin Uni Eropa (UE) pada Jumat (1/4/2022). Dalam pertemuan itu, mereka membahas hubungan kerja sama dan mendiskusikan masalah Ukraina-Rusia.
UE adalalah salah satu mitra dagang terbesar China. Posisi UE mendukung Ukraina, sedangkan Beijing sejauh ini menolak untuk mengecam invasi Rusia tapi juga menolak menjatuhkan sanksi kepada Moskow.
Dalam pertemuan tersebut, Kementrian Luar Negeri China juga menyalahkan langkah Amerika Serikat (AS) yang memperlus aliansi militer NATO ke dekat perbatasan Rusia. China mengatakan akan mengirim bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan memiliki cara sendiri untuk mendorong pembicaraan damai Kiev-Moskow.
1. UE minta China bantu akhiri perang di Ukraina
China adalah salah satu raksasa ekonomi Asia yang memiliki peran penting. Sejauh ini China menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan menyebut bahwa sanksi ekonomi kepada Rusia bukanlah solusi perdamaian.
Dalam konferensi tingkat tinggi pemimpin China dengan UE yang dilakukan secara daring, dua mitra itu sepakat untuk membicarakan kerja sama perdagangan dan membahas penyelesaian masalah Ukraina-Rusia.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden Komisi Ursula von der Leyen, dan Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrel telah meminta Presiden China Xi Jinping serta Perdana Metneri Li Keqian untuk membantu mengakhiri perang di Ukraina.
Dilansir Associated Press, Von der Leyen mengatakan pembicaraan dengan China berisi pandangan yang berlawanan. Tetapi banyak topik yang dibahas adalah harapan China menggunakan pengaruh untuk meyakinkan Rusia mengakhiri perang di Ukraina.
Dia juga berharap agar Beijing tidak mengeluarkan kebijakan yang berseberangan dengan sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat keapda Rusia.
2. China dukung pembicaraan damai tapi juga punya cara sendiri untuk melakukannya
Pada saat yang sama, PM Li Keqiang menegaskan kepada pemimpin UE bahwa Beijing akan selalu berdiri mendorong perdamaian Ukraina-Rusia.
Dikutip dari Reuters, Li mengatakan bahwa pemerintahannya juga memiliki cara sendiri untuk melakukan hal tersebut. Presiden Xi mengatakan kepada UE, bahwa blok tersebut diharapkan akan memperlakukan China secara independen atas keputusannya.
Beijing memiliki relasi dekat dengan Moskow. Kedua kekuatan itu terlihat sebagai kekuatan gabungan untuk memposisikan diri menjadi kekuatan global yang dapat melawan AS. Tapi mitra dagang terbesar China adalah UE dengan 13,7 persen dari total perdagangan Beijing.
Setelah itu, AS adalah mitra terbesar China selanjutnya dengan 12 persen dari total perdagangan. Bersama Rusia, China hanya mendapatkan 2,4 persen dari total pendapatannya.
China sangat hati-hati dalam melihat masalah Ukraina-Rusia. Meskipun China bersahabat dekat dengan Rusia, tapi Beijing terlihat tidak mau mengorbankan kepentingan bisnisnya dengan UE dan AS.
3. Presiden Xi Jinping beberkan empat poin penyelesaian masalah Ukraina-Rusia
Masalah Ukraina-Rusia adalah masalah yang kompleks. Invasi Rusia yang dimulai pada 24 Februari telah menimbulkan gejolak yang mengancam stabilitas keamanan dunai dan kawasan.
Presiden Xi memberikan empat poin penting untuk menyelesaikan masalah tersebut. Media China CCTV memuat empat poin tersebut.
Pertama, China dengan tegas berdiri di sisi perdamaian dan mempromosikan pembicaraan damai Rusia-Ukraina. Xi mengatakan komunitas internasional harus memberi ruang penyelesaian konflik dan bukan menambah bahan bakar ke api.
Kedua, bekerja dengan UE, China berupaya mencegah krisis kemanusiaan dalam skala besar, memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan mengirim pasokan ke negara-negara Eropa yang meneruma sejumlah pengungsi Ukraina.
Ketiga, mengakomodasi masalah keamanan yang sah dari semua pihak terkait. Beijing melihat akar masalah Ukraina-Rusia adalah ketegangan keamanan regional yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Terakhir, China mengatakan masalah Ukraina harus ditangani dengan baik dan hati-hati. Konflik tersebut harus dicegah agar tidak menjadi konflik regional yang semakin membesar. Upaya penyelesaian masalah tidak boleh fokus pada satu aspek namun mengabaikan aspek lainnya.