edatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga beserta Ibu Mariko Suga di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Selasa, 20 Oktober 2020. PM Yoshihide Suga dan Ibu Mariko Suga disambut oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung di tangga pesawat (Dok. Biro Pers Kepresidenan)
Pada 2005, Suga ditunjuk sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Senior oleh PM Junichiro Koizumi. Tahun berikutnya, dia dipromosikan menjadi Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi serta Menteri Privatisasi Layanan Pos di bawah PM Abe. Pada Desember 2006, Suga dipercayakan mengemban amanah sebagai Menteri Negara Reformasi Desentralisasi.
Suga diangkat menjadi Ketua Organisasi dan Markas Kampanye LDP pada Oktober 2011. Tahun berikutnya, pada September 2012, ia diangkat sebagai Penjabat Eksekutif Sekretaris Jenderal LDP.
Setelah menjalin hubungan politik yang erat dengan Abe sejak tahun 2000-an, Suga mendorong Abe untuk mencalonkan diri sebagai presiden LDP tahun 2012. Abe muncul sebagai pemenang dan memilih Suga untuk menjadi Kepala Sekretaris Kabinet. Saran Suga kepada Abe adalah fokus untuk mengoptimalkan perekonomian negara.
Kedekatan dengan Abe mengantarkan Suga pada sejumlah posisi strategis, seperti penasihat perdana menteri pada pertengahan 2010 dan Menteri yang bertanggung jawab untuk Mengurangi Beban Pangkalan di Okinawa pada 2014.
Salah satu kebijakan Suga adalah inisiatif untuk menarik turis asing dan mengambil langkah-langkah untuk menegakkan program visa, yang memungkinkan pekerja asing tidak terampil untuk memperoleh pekerjaan yang menguntungkan di Jepang. Dia juga mendorong Abe agar mendukung langkah agresif Bank Jepang untuk melawan inflasi.
Meski menjadi politikus populer, Suga juga dikritik karena memiliki pandangan bahwa perempuan bisa membantu perekonomian negara dengan memiliki lebih banyak anak. Dia juga dikenal sebagai “muka tembok” karena selalu memasang wajah yang datar ketika berhadapan dengan media. Suga dikenal sebagai politikus yang enggan menjawab pertanyaan media ketika dia tidak suka dengan pertanyaannya.
Gelagat Abe yang menginginkan Suga sebagai penggantinya semakin menguat setelah pada Mei 2019. Kala itu, Suga menjadi perwakilan Jepang ketika bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence.
Pada Agustus 2020, Abe mengumumkan pengunduran dirinya karena faktor kesehatan. Suga tidak menghadapi rintangan berat untuk mengamankan jabatan perdana menteri. Pasalnya, dia merupakan pemimpin dari partai yang menguasai mayoritas parlemen.
Kesibukan sehari-harinya sebagai politikus menyebabkan Suga tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga. Namun, dia memiliki kiat untuk menjaga kesehatan dengan berjalan setiap hari serta melakukan sit-up sebanyak 100 kali setiap pagi dan malam.