Menurut salah seorang penulis kenamaan asal Perancis, Gustave Flaubert, di dunia ini tidak ada yang namanya kebenaran, yang ada hanyalah persepsi. Persoalannya dengan persepsi adalah setiap orang, kelompok, maupun golongan punya versinya sendiri.
Latar belakang dari versi itu pun berbeda-beda tergantung dimana seseorang tumbuh, seperti apa orang tuanya, pengalaman apa saja yang pernah dilaluinya, dan lain-lain.
Apakah Ahok menghina Al-Qur'an dan umat Islam melalui pernyataannya? Ini juga bisa melahirkan banyak persepsi.
Coba kita bayangkan menjadi Ahok. Dia dituduh kafir dan tidak pantas menjadi pemimpin karena kebetulan dia meyakini agama tertentu yang berbeda dari agama mayoritas di Indonesia. Belum cukup sampai di situ, etnisnya pun menjadi sasaran empuk.
Sebagai pemeluk agama dan berasal dari etnis minoritas yang akrab dengan diskriminasi, tentu wajar bila Ahok membela diri.
Sudah berapa banyak yang mengutip ayat Al-Qur'an untuk mengajak warga agar tidak memilih Ahok? Bayangkan kita dianggap tidak pantas menjadi sesuatu, tidak peduli seberapa keras kita kerja, hanya karena agama atau etnis kita. Apa kita tidak marah?
Pernyataannya di video itu juga dengan jelas menunjukkan bahwa dia mempersilakan warga yang tidak memilih dia karena alasan agama. Meski membawa surat Al-Qur'an jelas-jelas tindakan blunder, mengingat situasi politik dan makin dekatnya pehelatan Pilkada DKI.
Hanya saja, tidakkah kita tergelitik untuk memahami bahwa Ahok merasa frustrasi mengapa mereka menggunakan alasan itu saat semestinya kinerja dan kebijakan yang harus diperhatikan?
Coba hitung berapa banyak pemimpin wilayah setingkat provinsi dan kabupaten/kota di negara ini? Apa Indonesia serta-merta menjadi negara maju hanya karena dipimpin etnis dan pemeluk agama mayoritas?
Lalu, tuduhan Ahok memecah belah bangsa Indonesia dan sikapnya tidak menunjukkan sikap Bhinneka Tunggal Ika? Kemana saja para pelapor saat Ahok ditunjuk-tunjuk sebagai kafir dan didapuk menjadi musuh Islam oleh salah satu organisasi masyarakat garis keras?
Kemana mereka saat dia disebut-sebut sebagai 'Cina' dengan nada merendahkan, seakan-akan berasal dari etnis tertentu adalah sebuah kesalahan? Bukankah Jawa, Batak, Papua, Tionghoa dan 1.300-an suku lain di bumi pertiwi ini juga bagian dari Indonesia?
Ahok pun tidak sempurna dalam hal kebijakan layaknya semua pemangku jabatan di negara ini, tidak peduli agama dan etnis mereka. Kita butuh jaminan kesehatan, tersedianya lapangan pekerjaan dan transportasi umum memadai, serta menurunnya tingkat korupsi. Urusan surga, biarlah tetap berada dalam ruang pribadi.
Ini hari Minggu. Semoga kita semua sudah cukup woles untuk merenungkan semua peristiwa ini dan menyambut Senin dengan pandangan baru yang tidak akan mudah tersulut benci dan bisa lebih berempati.