Untuk Indonesia, paket bantuan Jepang tidak saja untuk program sektoral namun terdapat kucuran bagi pembangunan sektor kesehatan, gizi serta pinjaman untuk jaring pengaman sosial khususnya bagi kelompok miskin yang rentan terhadap krisis.
Jepang berkepentingan dengan kebangkitan negara-negara Asia, terutama Indonesia karena berimbas secara langsung pada perekonomian Jepang. Hal tersebut terjadi karena perbankan Jepang memiliki sekitar 40 persen utang luar negeri Indonesia.
Di luar bantuan keuangan untuk ekonomi, reformasi politik di Indonesia membuat Jepang terlibat dalam proses demokratisasi yang hasilnya kita nikmati hingga saat ini seperti bantuan senilai US$35 juta atau sepertiga total kebutuhan pada Pemilu 1999 untuk pengiriman tim pemantau dan tenaga ahli.
Selain itu, dalam hal demokratisasi setelah Pemilu 1999, Jepang paling konsisten mendampingi melalui program bersifat jangka panjang seperti penyediaan infrastruktur pemilu hingga mendorong terbentuknya lembaga survei opini publik.
Tak banyak yang mengingat, Lembaga Survei Indonesia (LSI) berdiri atas inisiatif Jepang melalui Program Kemitraan JICA. Berkat LSI, kini bertebaran lembaga survei politik.
Di luar bantuan demokratisasi politik, Jepang juga terlibat dalam proses reformasi polisi yang baru dipisahkan dari militer. Proses yang cukup sulit karena karakter dan citra militer terlanjur melekat, namun dalam tempo 20 tahun, bisa dilihat kini wajah polisi kita telah jauh berbeda.
Salah satu alasan Jepang mendampingi polisi Indonesia sebagai upaya menjaga reformasi politik kita agar tetap berada pada jalur yang benar. Tanpa polisi yang profesional, akan sulit mengharapkan proses demokratisasi dikawal dengan baik.
Jadi berbanggalah jadi Wibu!