Daisi Edgar nampaknya telah berhasil mencuri perhatian segelintir penikmat film bergenre drama dan misteri. Lakonnya sebagai Kya Clark dalam film Where The Crawdads Sing mampu mengutak-atik perasaan secara berkesinambungan. Adaptasi novel anyar karya Delia Owens ini berhasil divisualisaikan dalam sebuah film dengan alur cerita yang penuh intrik dan begitu kompleks.
Kya clark, the mash girl. Hidupnya benar-benar tak berjeda untuk sekedar menghela nafas, bak dikerumuni oleh lelar-lelar masalah. Sejak belia ia tumbuh berkembang di lingkungan keluarga yang penuh ruah akan kebrutalan ayahnya, lalu ditinggalkan dan hidup sendiri dalam kesunyian rawa. Manakala tak ada jalan lain, nyonya Mabel dan tuan Jumpin hadir memenuhi setiap kebutuhannya. Beranjak dewasa, bertubi-tubi deraian masalah roman menghantam hidupnya, dua orang lelaki berebut kursi di samping Kya, harapan, kesedihan, gundah, dan masalah besar justru lahir dari cinta itu.
Bagi kebanyakan orang, dikucilkan, disakiti, ditinggalkan, dan disia-siakan itu adalah sebuah petaka yang sangat kejam, kesialan yang niscaya. Namun, tidak dengan Kya, ia mampu menerima dan melalui setiap masalah yang ada hanya dengan diam. Secara implisit, diam kadang menjadi jalan terbaik dalam menghadapi sekelumit masalah yang ada.