Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pers (IDN TImes/Arief Rahmat)

Kebebasan pers merupakan salah satu pilar utama demokrasi yang memungkinkan wartawan untuk bekerja tanpa takut akan tindakan represif dari pemerintah atau pihak berkuasa lainnya. Melalui kebebasan ini, media massa dapat berfungsi sebagai pengawas (watchdog) yang efektif, memantau kinerja pemerintah, dan menyuarakan kepentingan publik. Namun, ancaman pidana terhadap wartawan investigatif menggerogoti kebebasan ini dan menciptakan iklim ketakutan yang dapat menghambat fungsi pengawasan tersebut.

Jurnalisme investigatif memainkan peran krusial dalam demokrasi modern. Dengan melakukan penyelidikan mendalam, wartawan investigatif dapat mengungkap berbagai bentuk ketidakadilan, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang tersembunyi dari pandangan publik. Namun, di banyak negara, termasuk Indonesia, jurnalisme investigatif sering kali menjadi target ancaman pidana yang dapat membungkam suara kritis dan menghambat upaya untuk mengungkap kebenaran. Dampak pidana terhadap jurnalisme investigatif memiliki implikasi luas terhadap kebebasan pers, transparansi, dan akuntabilitas.

Di Indonesia, jurnalisme investigatif sering kali dihadapkan pada ancaman hukum pidana, terutama ketika laporan mereka menyentuh isu – Isu sensitif seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, atau pelanggaran lingkungan. Kasus – kasus ini mencerminkan bagaimana hukum pidana dapat digunakan sebagai alat untuk membungkam kritik dan menghindari pertanggungjawaban publik. Ancaman pidana terhadap jurnalis investigatif tidak hanya mengancam kebebasan pers, tetapi juga kebebasan berekspresi secara umum. Wartawan yang merasa terancam oleh kemungkinan tindakan hukum cenderung menghindari peliputan isu-isu kontroversial yang penting bagi publik. Kondisi ini sering disebut sebagai chilling effect, di mana ketakutan akan konsekuensi hukum membuat wartawan dan media massa lebih memilih untuk tidak melaporkan atau menyelidiki kasus-kasus yang berisiko tinggi.

Sebagai contoh, seorang jurnalis yang sedang menyelidiki kasus korupsi besar-besaran mungkin akan berpikir dua kali sebelum menerbitkan laporannya jika ia tahu bahwa pihak yang ia investigasi memiliki kekuasaan untuk menuntutnya secara pidana. Hal ini berdampak langsung pada kualitas dan keberanian jurnalisme investigatif, serta mengurangi jumlah informasi penting yang tersedia bagi publik.

Editorial Team

Tonton lebih seru di