Jakarta, IDN Times - Menjalani #dirumahaja di masa pandemik virus corona membuat saya jadi punya waktu ngobrol dengan anak yang juga menjalani belajar di rumah. Salah satu diskusi yang kami lakukan adalah soal berkurangnya warga yang bekerja, membuat jalan-jalan jadi lebih lengang (terutama Sabtu ini, sementara hari kerja sebelumnya transportasi publik masih padat).
Di media sosial beredar foto-foto situasi di beberapa kota, yang langitnya jadi lebih bersih dari polusi. Apakah pandemik ini menjadi berita baik, ironisnya, bagi perubahan iklim? Karena polusi udara berkurang? Apakah situasi ini bakal berlanjut pascapandemik?
Anak saya, Darrel, punya pendapat bahwa kesadaran akan perubahan iklim (climate change) masih jadi tantangan besar. Menurut dia, pascapandemik boleh jadi polusi udara bakal naik, justru karena semua orang seperti “mengejar ketertinggalan” selama periode pembatasan jarak kontak fisik (physical distancing), yang berakibat penutupan banyak kegiatan usaha termasuk pabrik manufaktur.
“Orang-orang tetap naik mobil, bahkan bepergian banyak karena bosan dikarantina, jadi kembali ke sedia kala bahkan makin parah,” kata Darrel.
Well, pembaca bisa setuju atau tidak dengan pendapat anak saya. Kalau itu yang terjadi, memang memprihatinkan, karena dalam satu hal, kepedulian lingkungan, kita tidak memetik pelajaran penting dari masa pandemik ini.
Tapi, saya mencatat sejumlah hal yang seharusnya membuat perubahan, semacam situasi dunia seperti apa yang terjadi pascapandemik COVID-19.
