Cerita Ramadan: Seabrek-abrek Belanjanya!

Jakarta, IDN Times - Bulan Ramadan lekat dengan berbagai tradisi. Tak hanya tradisi dalam kelompok masyarakat besar, tapi menurut saya hampir setiap keluarga yang menjalankan ibadah puasa punya tradisinya masing-masing.
Saya lahir dari keluarga yang tidak mengenal istilah belanja bulanan. Sejak kecil sampai remaja, keluarga saya bisa dibilang tidak pernah menyimpan stok kebutuhan sehari-hari dalam jumlah banyak, baik itu kebutuhan makan, perlengkapan mandi, alat kebersihan rumah, dan sebagainya.
Misalnya untuk minyak goreng, kami terbiasa membeli setelah akan habis. Begitu juga dengan sabun, sampo, pasta gigi, dan sebagainya.
Akan tetapi, kebiasaan itu tak berlaku di bulan Ramadan. Kami sekeluarga akan berbelanja dalam jumlah besar untuk keperluan puasa. Entah mengapa, tradisi itu yang sangat teringat di benak dan hati saya setiap bulan Ramadan.
Bagaimana saya dan adik kembar saya semangat bersiap-siap untuk ke pasar swalayan grosir bersama kakak-kakak saya. Pasar swalayan Makro Indonesia yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat selalu menjadi tujuan kami. Kini, hypermarket itu sudah berubah nama menjadi Lotte Grosir Bekasi.
Kami membeli minyak goreng kemasan jeriken (5 liter) dengan jumlah 2-3 jeriken. Kemudian tepung, beras, saus, sampai indome berdus-dus. Tak lupa yang menjadi ciri khas belanja di bulan Ramadan, membeli sirop hingga satu kardus, dengan pilihan rasa yang bervariasi. Ada yang vanila, sirop kopi, sirop mawar, dan sebagainya yang jarang ditemukan dalam suguhan di hari-hari biasa.
Belanjaan kami diangkut dengan troli ukuran besar, yang hanya ada di pasar swalayan tipe grosir seperti Lotte Grosir atau Makro kala itu. Lalu, saya dan adik kembar saya duduk di atas troli, dan kakak saya bertugas mendorongnya.
Belanjaan kami jumlahnya bisa memenuhi 2-3 troli. Bagaimana tidak? Setiap harinya kami harus menyuguhkan makanan sahur dan berbuka untuk 11-13 orang. Ya, karena kami adalah keluarga besar.
Ternyata, tradisi belanja dalam jumlah besar di bulan Ramadan tak hanya dilakukan keluarga saya. Mengutip berbagai survei, konsumsi masyarakat di bulan Ramadan memang meningkat lebih dari 30 persen. Kenaikan konsumsi ini pun menjadi sorotan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati untuk mengantisipasi lonjakan inflasi.
Beranjak dewasa, tradisi belanja ‘seabrek-abrek’ di bulan Ramadan bersama kakak-kakak sudah tak ada lagi. Kakak-kakak saya kini sudah memiliki keluarga masing-masing.
Meski saya masih rutin berbelanja untuk keperluan Ramadan, tapi berbeda rasanya, dan juga semangatnya saat berbelanja bersama kakak-kakak saya. Tak hanya itu, sekarang pun untuk membayar belanjaannya menjadi tugas saya, hahahaha.