Saat ini generasi milenial sedang dihadapkan dengan tantangan yang berbeda. Mereka dituntut untuk mampu menyaring pesatnya informasi yang semakin mudah untuk diakses. Salah satunya adalah iklan yang biasa muncul ketika berselancar di internet atau media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.
Selain itu, banyak influencer yang membuat konten reviu atau rekomendasi produk, baik itu kecantikan, fashion atau barang keseharian lainnya. Hal ini tidak terlepas dari marketing perusahaan dalam memasarkan produknya agar semakin mudah dijangkau oleh konsumen yang mayoritas sasarannya adalah generasi milenial.
Kondisi ini tidak dapat dimungkiri meningkatkan perilaku impulsive buying dengan intensi mendapatkan hasil atau kepuasan yang digambarkan oleh para influencer tersebut. Terlebih dengan banyaknya e-commerce yang selalu memfasilitasi pengguna dengan berbagai diskon ongkos kirim dan cashback, semakin memudahkan generasi milenial mengeluarkan uang tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau kebermanfaatan jangka panjang dan menyurutkan kemampuan mereka untuk menabung.
Perilaku yang berkaitan dengan konsumsi generasi milenial ini tentu sangat berpengaruh terhadap krisis lingkungan global. Salah satu penyebab krisis perubahan iklim adalah meningkatnya suhu bumi dari tahun ke tahun karena banyaknya gas karbon dioksida yang dipompa ke atmosfer setiap harinya.
Gas karbon dioksida ini dihasilkan dari berbagai kegiatan produksi, berikut dengan limbah dan sampah yang berasal dari produk akhir. Jika konsumsi berlebihan yang digencarkan di media sosial berhasil memengaruhi pola perilaku generasi millenial, bisa dibayangkan betapa banyak sampah dan limbah terbuang yang akan memberikan dampak buruk ke lingkungan.