Awalnya, anggapan bahwa "/perempuan selalu benar" berawal dari hubungan dua insan yang terlibat dalam proyek mengimplementasikan cinta dalam kesehariannya, alias berpacaran!
Nah, ada sebuah cerita saat si pihak laki-laki mengungkit masa lalu, maka biasanya perempuan akan dibenarkan untuk marah!
Sementara kalau perempuan yang mengungkit masa lalu, laki-laki diminta untuk pengertian. Nah, apakah perempuan dibolehkah bersikap demikian? Selalu benar dan dibiarkan melakukan pembenaran?
Logika berpikirnya memang harus diubah sejak dini ya. Bahwa benar atau salah itu bukanlah persoalan gendernya. Melainkan persoalan atas perbuatan yang dilakukannya. Jadi, baik perempuan ataupun laki-laki, siapapun bisa berbuat benar juga bisa berbuat salah.
Jika dalam suatu hubungan ada anggapan bahwa perempuan selalu benar, hingga kemudian dibenarkan dalam melakukan suatu tindakan, duh, mulailah untuk memperbaiki pikiran tersebut sesegera mungkin ya! Baik oleh si pihak perempuan maupun laki-lakinya.
Ingatlah, kunci hubungan yang sehat dan benar adalah mengakui adanya kesetaraan!
Jadi, daripada membenarkan anggapan bahwa perempuan selalu benar, bukankah lebih baik saling menyempurnakan kebenaran secara bersamaan?