Jakarta, IDN Times - Pagi itu aku bergegas masuk ke kamar mandi. Diam-diam agar suamiku tak terbangun dari tidurnya. Kukeluarkan benda pipih mirip penggaris kecil itu dari saku. Selang beberapa menit, aku memejamkan mata. Tak ada ekspektasi apapun di kepalaku, karena sudah jauh hari kusingkirkan agar tak kecewa lagi dan lagi. Kubuka mataku perlahan, garisnya samar. Tapi perlahan nyata. Astaga! Garisnya dua!
Aku terdiam masih tak percaya. Ke dokter sajalah biar lebih yakin, batinku. Kepada pak suami kuingatkan, jangan terlalu bahagia dulu ya, kita tunggu dokter memastikan. Ku tahu dia tak bisa menyamarkan sirat bahagia di wajahnya. Tapi setelah hampir delapan tahun tak pernah muncul garis dua, membuatku tak mau yakin begitu saja.