Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Risky Andrianto/ANTARA FOTO

"Berbeda-beda tapi tetap satu jua."

Sebuah ungkapan indah yang dipegang teguh oleh pemerintah negara dan rakyat Indonesia. Harusnya seperti itu, tapi hal tersebut tidak selamanya terjadi di negara tercinta, Indonesia. Masalah SARA masih jadi perdebatan, perbedaan masih jadi momok dan kesatuan masih dianggap meragukan.

71 tahun Indonesia merdeka dari penjajah, justru kita seperti belum bisa berhenti berpikiran kalau orang asing itu berbahaya. Bahkan warga-warga Indonesia yang sudah lahir di Indonesia, tapi memiliki suku atau ras berbeda pun dianggap bukan bagian dari negara ini.

Namun, minoritas justru terkadang membangkang dengan terus mengikuti percikan api yang sudah berkobar di sosial media. Menghina agama tertentu atau ras 'pribumi'. Berhentilah, karena tidak ada itu kata pribumi ataupun pendatang.

Komentar-komentar di sosial media.

Default Image IDN

Memang, dunia internet itu tidak pernah kita duga bisa menjadi bagian besar dalam hidup. Semua orang dengan topeng akun Facebook atau Twitternya memberikan komentar atas kemauan dan dasar yang dimilikinya sendiri.

Bagaimana sebuah video di sosial media begitu cepat tersebar dan dapat dipotong dengan mudah kemudian diunggah sudah memperbesar gejolak antara dua pihak yang tidak inginkan persatuan. Ya, bukan kita, saya ataupun kamu rasis, tapi orang-orang yang tidak suka akan perbedaan dan kesatuan di Indonesia.

Anehnya, netizen Indonesia sendiri terkadang cepat mengambil keputusan dan tersulut api emosi. Seolah sudah tahu informasi dalam sebuah link yang disebar melalui sosial media.

Default Image IDN
Default Image IDN
Default Image IDN

Tiga contoh sederhana di atas bagaimana bukan hanya yang disebut 'minoritas', tapi juga 'mayoritas' dapat membuat sebuah perpecahan. Mereka itulah orang-orang yang tidak suka dengan kesatuan di atas perbedaan yang dimiliki Indonesia.

Demo besar-besaran terhadap Ahok.

Editorial Team

Tonton lebih seru di